Fenomena “Aneh” Batu Akik
Oleh
: Alik Setiawan
Bagian 1
Beberapa
tahun belakangan ini, masyarakat Indonesia di hebohkan dengan “booming” nya
fenomena batu akik. Mungkin fenomena “aneh” tentang batu akik, sudah mulai
muncul sejak pertengahan 2013. Masyarakat di seluruh penjuru nusantara, bisa
dikatakan sedang mengalami demam batu akik. Di sudut-sudut kota menjamur
penjual dan pengrajin batu akik, di gang-gang kecil ramai membicarakan batu
akik, di warung kopi dan kantor pun tidak lepas dari perbincangan dan kegiatan
menggosok batu akik. Dan di beberapa kota di Indonesia mengadakan even pameran
batu akik, dan pameran tersebut tidak pernah sepi pengunjung. Trending topic di
media dan juga sosial media, didominasi oleh fenomena tentang batu akik. Batu
akik telah menembus batas antara dunia nyata dan virtual. Apa yang membuat
gejala massal yang mengarahkan pikiran, manusia tertuju ke satu benda yaitu
“Batu Akik”. Sehingga terjadi euphoria, pemujaan, mitos, dan sampai ke ranah
klenik.
Dalam
bahasan berikut akan ditelusuri fenomena “Aneh”, tentang sebuah batu yang dapat
menggerakan massa. Tentu saja gejala tersebut dapat dikatakan “aneh”, karena
berbagai alasan dan hal unik tentunya. Disini akan dibahas tentang batu akik,
dari berbagai segi baik kultural, ekonomi, psikologi, seni atau simbolisnya.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan pemerhati budaya dan
seni.
Awalnya adalah magma
Batu akik yang sedang “booming” sebelum
menjadi sebuah batu yang indah dan bernilai seni, awalnya adalah magma atau
vulkanik yang di keluarkan oleh gunung berapi. Batu akik, ‘agate’, atau kata lainya ‘agaat’ adalah batu yang
utama dari keluarga batu-batu calcedon dan di Indonesia lebih
dikenal dengan nama atau istilah batu akik. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, batu akik adalah batu kalsedon (SiO2) yang
tersusun berlapis lapis dan berbagai warna.
Itulah secara etimologis pengertian dari batu akik,yang terjadi secara
geologis dan akhirnya menjadi batu yang menarik dan unik.
Proses menjadi sebuah batu akik memerlukan
waktu geologis berjuta-juta tahun lamanya. Menurut Kepala Badan Geologi
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, seperti dikutip dari detikFinance, magma panas tersebut naik ke atas
permukaan bumi melewati celah-celah batuan dan lapisan tanah. Makin naik, makin
turun panasnya dan kemudian membeku sehingga membentuk batuan kristal. Proses terangkatnya batu akik ke permukaan
tanah dari ke dalaman 160 Km lebih, membutuhkan proses yang sangat lama.
Sementara pembentukan magma cair hingga menjadi batu akik mencapai jutaan
hingga miliaran tahun.
Setelah terangkat ke permukaan
bumi, batu akik itu banyak ditemukan di sungai atau hamparan tanah, sehingga
tidak perlu harus menggali tanah cukup dalam. Tapi prosesnya itu lama sekali,
jutaan-miliaran tahun lamanya. Jadi proses terbentuknya batu akik memang secara
alami sehingga memiliki sisi keunikan berdasarkan warna dan motifnya. Lalu apa
yang membuat warna dan motif batu akik berbeda-beda di setiap daerah. Beragamnya
warna-warna pada batu akik itu akibat proses pengotoran magma cair oleh batuan
atau tanah di sekitarnya. Peristiwa ini terjadi saat terangkatnya cairan magma
dari perut bumi ke permukaan tanah melalui proses vulkanik. Meski jenis batu
akik sama, unsur tanah dan batuan setiap daerah berbeda sehingga menghasilkan
warna yang berbeda pula.
Jadi yang membuat batu akik warna
dan motifnya berbeda karena pengotoran batu, pada saat proses menuju ke
permukaan. Dan yang menjadikan motif dan warna yang berbeda, adalah karena
kandungan tanah dan batu yang berada di sekitar magma tersebut. Walaupun pada
intinya adalah sama yaitu magma yang menjadi batu, tetapi karena tiap daerah
kandungan tanah dan batunya berbeda. Maka yang terjadi adalah bentuk motif dan
warna yang berbeda dari setiap daerahnya.
Begitulah proses singkat
terjadinya batu akik yang kemudian menjadi trend di masyarakat Indonesia
belakangan ini. Dan kenapa sebuah bongkah batu dapat menyihir atau menghipnotis
orang Indonesia di seluruh Nusantara. Memang secara fisik bentuk dan warnanya
memang menarik dan berbeda dengan batu biasa pada umumnya. Batu akik merupakan
batu elite mineral yang di hasilkan oleh bumi.
Disebut elite karena dari sekitar 3.000 jenis mineral di Bumi, hanya
terdapat 150-200 yang bisa digolongkan jenis batu mulia. Itulah kenapa jenis
batu ini menjadi istimewa dan menjadi perhiasan atau benda seni yang mempunyai
nilai estetika.
Batu Akik
Dalam Ranah Kultural dan Seni
Sebelum ramai seperti sekarang
ini batu akik atau cincin akik, pada waktu dulu selalu identik atau berkaitan
dengan mistik, perdukunan, orang sakti, orang tua, datuk, dan pendekar. Secara
historis ada pergeseran makna tentang pemakaian sebuah cincin batu akik,
sehingga sekarang batu akik mewabah ke segala lapisan usia. Fenomena “aneh”
tentang batu akik telah menjadi budaya massa dan menjadi populer di semua
kalangan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan denga batu akik,mulai
menyeruak ke permukaan. Dari mulai sekedar ngobrol tentang batu akik, jual
beli, kontes batu akik, hingga pameran batu akik. Kegiatan-kegiatan tersebut
telah membudaya di kalangan masyarakat kita belakangan ini.
Kalau meminjam istilah dalam
sosial media, batu akik telah menjadi trending topic di masyarakat kita. Dalam
konteks ini batu akik yang dulunya di pakai oleh orang tua, sekarang telah di
kontruksi dan menjadi layak dan pantas di pakai oleh segala usia. Nilai
simbolik yang dulu identik dengan orang tua, jadul, kuno, mistis, sekarang
telah lebur menjadi budaya yang lebih ringan atau budaya massa. Tetapi apakah
euphoria yang dialami masyarakat kita akan bertahan lama atau hanya sebentar.
Karena fenomena “ aneh” ini dapat dkatakan tidak wajar, atau bersifat spontan
dan akhirnya menjadi trend. Sebelum ada trend batu akik yang ramai seperti
sekarang ini, dari dulu juga sudah ada kolektor dan penjual “tetap” batu akik.
Konotasi “Tetap” disini adalah tidak
muncul setelah adanya trend batu akik, mereka konsisten mencintai batu akik
bukan karena trend atau ikut-ikutan orang lain.
Jadi sejak kapan dan kenapa trend
batu akik ini muncul dan menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia. Menurut
sumber yang penulis baca, trend batu akik ini berkaitan dengan sosok pemimpin
negeri ini. Sebelum trend yang terjadi pada tahun-tahun belakangan ini (2013-2015),
dulu pada era kekuasan bapak Orde Baru juga pernah terjadi trend “batu akik”
tetapi tidak seramai tahun ini. Tren batu akik pada periode orde baru, di
indikasikan pada waktu Presiden Soeharto memakai cincin batu akik. Menurut
sumber yang penulis baca, di mana pada waktu itu Presiden Soeharto sedang dalam
acara pertemuan. Dan beberapa kali kamera menyorot jari Soeharto yang memakai
cincin batu akik, entah itu sengaja atau tidak sengaja kamera terus menyorot ke
cincin batu akik tersebut. Nah, setelah kejadian tersebut maka terjadilah trend
batu akik. Walaupun trend batu akik pada era Soeharto tidak seramai pada
tahun-tahun ini.
Dan hal yang sama juga terjadi
pada era Susilo Bambang Yudhoyono, dimana trend batu akik yang ramai pada waktu
sekarang sebenarnya telah muncul pada era SBY. Pada waktu itu SBY memberikan
cinderamata atau kenang-kenangan berupa batu akik kepada Obama. Untuk jenis
batu akik yang di berikan kepada obama tersebut, kalau tidak salah batu akik
asal Jawa Timur. Dan dari kejadian tersebut di indikasikan menjadi titik tolak
trend batu akik yang ramai akhir-akhir ini. Perlahan tapi pasti, setelah moment
tersebut batu akik menjadi ramai. Dan pada tahun ini (2015), trend batu akik
masih ramai di masyarakat kita.
Itulah kejadian atau moment yang
dapat di indikasikan mulainya trend batu akik. Yang menjadi titik sentral
adalah sosok orang besar, yang nantinya akan mewabah ke masyarakat. Memang
sosok pemimpin bangsa kita tidak lepas dari budaya memakai pernak-pernik berupa
cincin. Sosok Soekarno, Soeharto dan SBY juga tidak lepas dari penggunaan
cincin batu akik. Dalam tokoh pewayangan juga dikenal penggunaan cincin, yaitu
tokoh Semar. Walaupun hal itu belum diketahui secara pasti, apakah yang di
kenakan Semar berupa batu akik atau bukan. Jadi Tradisi memakai cincin itu
memang sudah cukup tua dalam peradaban manusia. Hal ini dapat di telusuri
bahwa, Tradisi memberi dan menerima cincin konon telah ada sejak
lebih dari 4.800 tahun yang silam. Cincin pernikahan umumnya dikenakan di
jari manis sebelah kiri. Tradisi ini tumbuh dari kepercayaan bangsa
Tudor abad ke-16 yang meyakini bahwa jari manis tangan sebelah kiri berhubungan
langsung dengan pembuluh darah yang langsung tersambung ke organ jantung.
Jadi pola dasar yang di pakai
dalam penggunaan batu akik, adalah pola menghias diri atau membuat penampilan
lebih menarik. Walaupun dalam praktiknya penggunaan cincin batu akik telah
mengalami perubahan pola atau substansi maknanya. Dalam konteks pemakaian batu
akik di lingkungan masyarakat kita, biasanya selalu di kaitkan dengan hal-hal
yang mistik dan lainnya. Batu akik di tengarai menyimpan energy dan dapat
menolak kejahatan atau mendatangkan sifat yang baik dan bijaksana. Secara
historis memang nenek moyang kita, dulunya adalah animisme yang berkaitan
dengan penyemabahan benda mati. Dari situ juga mungkin, tradisi tersebut tetap
bertahan walaupun secara ritual berbeda.
Tetapi dalam konteks sekarang ini
seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan dalam pemikiran. Tradisi lama
yang melekat pada batu akik, sebagai batu bertuah telah mengalami pergeseran
makna. Booming batu akik pada saat ini telah mninggalkan pola lama yang di
kandung oleh batu akik, di mana batu akik Identik dengan orang tua, datuk,
dukun, dan mistisme. Sekarang batu akik dapat di pakai siapa saja, oleh lintas
gender dan melebur status sosial yang ada di masyarakat kita. Banyak dari
kalangan anak muda, ibu-ibu, bahkan anak kecil pun dapat memakai batu akik.
Hal ini dapat ditelusuri karena
memang terjadi perubahan pola tentang batu akik dalam nilai pemakaiannya. Batu
akik dalam hal ini dapat di lihat dari nilai seninya, desain cincinnya yang
lebih fresh tidak terkesan kaku, dan
teknik merayu dalam transaksinya. Batu akik dilihat dari nilai seninya, memang
dalam batu akik tersebut terkandung nilai seni. Dimana dalam batu akik terdapat
unsure warna, garis, tekstur, bentuk, corak atau pola, bahkan gambar yang
ikonik. Di mana kesemua unsur tersebut termasuk dalam unsur seni rupa, tetapi
bukan berarti batu akik dapat dikatakan seni rupa. Batu akik bukan patung atau
lukisan, tetapi dapat dikatakan berupa benda hias atau souvenir atau
pernak-pernik yang mengandung unsur seni rupa.
Dan unsur seni tersebut yang
membuat daya tarik dalam batu akik tersebut, dengan warna, corak, tekstur dan
gambar yang ikonik dapat menarik perhatian orang. Yang membuat istimewa lagi
dari batu tersebut, adalah dari warna dan coraknya terjadi secara alami.
Sehingga terdapat sisi unik atau artistic dalam batu tersebut, dan mempunyai
nilai jual yang tinggi. Tinggi dalam konteks ini adalah masih dalam taraf yang
wajar, tidak berlebihan dan bahkan tidak masuk akal. Dalam artian secara nilai
ekonomi niliai jual batu akik, tetap di bawah batu mulia jenis intan dan
berlian. Karena sudah jelas kandungan mineral dan nilai kekerasan dalam batu
akik di bawah kedua batu tersebut. Itulah nilai seni yang terkandung dalam batu
akik, di mana seni tidak mengenal batas usia. Maka dari itu semua batas itu
lebur oleh seni, semua dapat menikmati unsur seni dalam sebuah batu yang
artistic.
Seni telah melebur tingkatan usia
dan status sosial, dan hal itu di imbangi pula dengan desain cincin (ring)
untuk tempat batu akik. Hal ini dapat di lihat dari desain-desain cincin(ring)
yang terkesan modern dan tidak kaku. Dari mulai warna, motif, dan ornamental,
kesemuanya menjadi elemen pendukung dalam memunculkan batu akik. Dalam pengamatan
penulis, sebelum terjadi trend seperti sekarang ini. Bentuk cincin terkesan
tua, kaku, monoton, simple, dan jadul. Sehingga tidak dapat mendongkrak nilai
estetika pemakainya, sehingga pada waktu itu batu akik selalu dikaitkan dengan
orang tua. Tetapi dalam konteks trend pada saat ini, cincin sebagai penyeimbang
batu akik supaya dapat tampil lebih menarik. Sehingga dalam praktiknya baik
kalangan muda, ibu-ibu pun tidak malu dalam memakai cinci batu akik. Karena
secara desain dan elemen pendukungnya menyesuaikan dengan zaman.
Selanjutnya trend batu akik dapat
dikaitkan dengan budaya bujuk rayu dalam transaksinya. Di mana penjual dapat
menggunakan bahasa persuasi yang dimenarik, ilmiah, mistis, dan mungkin juga
lebay dalam transaksinya. Kenapa penulis indikasikan dari trasnsaksi jual
belinya, dikarenakan batu akik dapat penekanan persuasi secara verbal. Dari
penamaan batu akik sendiri kadang cenderung lebay.
Dan juga terjadi pesan ikonik dalam motif, yang terkadang tidak masuk akal. Serta
batu akik dimasuki unsur persuasi yang cenderung dogmatis. Penamaan batu akik
sendiri cukup banyak, kadang penamaan batu akik di kaitkan dengan tempat dimana
batu itu ditemukan. Ada juga penamaan berdasarkan warna, motif, dan juga
kandungan mineralnya.
Nama-nama seperti Naga Sui, Sisik
Naga, Batu Jahanam, Panca warna, sulaiman njungjung, sulaiman serat emas, dan mani gajah adalah
nama-nama batu akik yang ikonik dan cenderung lebay dalam penamaannya. Nama yang lebay dan boombastis, cenderung memprovokasi orang menjadi
penasaran. Selain itu pada praktik transaksinya, batu akik terkadang dibumbui
dengan hal-hal yang berlebihan dan tidak masuk akal. Seperti misalnya ketika
mengenakan jenis batu akik ini, maka akan memancarkan aura kebijaksanaan, kewibawaan,
memancarkan pesona, merasa tentram, dihormati pihak lain, menolak kejahatan,
penaklukan lawan jenis, dan sebagainya. Hal-hal semacam seperti itulah yang
kemudian menjadi dogmatis, di kalangan orang awam yang tidak tahu menahu. Sehingga
mereka hayalah korban dari trend, karena tidak mempelajarinya secara mendalam.
Jadi ketika sebuah batu di kontruksi hal-hal yang tidak masuk akal, maka
fenomena tersebut secara logika menjadi “aneh”.
Selain itu tanda ikonik dalan
sebuah batu akik, juga menjadi fenomena yang boomastis dan lebay. Motif atau corak batu yang ikonik bisanya mengacu ke
ikon-ikon yang populer, fenomenal, dan memiliki sifat yang khas. Misalkan corak
batu akik, mempunyai corak wajah, corak monas, corak Nyi Roro Kidul, sosok naga
api, sosok buaya, sosok gunung, sosok manusia berjenggot dan masih banyak
lainnya. Dan corak-corak tersebut memang sengaja di cari dalam pembentukan batu
akik. Dan secara alami dalam batu tersebut memang terdapat corak, setelah corak
tersebut terbentuk dalam sebuah batu. Maka persepsi manusia berusaha mencoba
menerjemahkan corak tersebut menjadi bahasa visual yang terbaca secara ikonik.
Setelah terbaca corak tersebut
maka akan di sampaikan dalam transaksi jual beli, bahwa batu tersebut memiliki
corak yang ikonik dan unik. Dan corak tersebut sebagai nilai tambah dalam batu
tersebut. Karena memiliki corak yang unik maka batu tersebut dalam nilai jual
nya melambung tinggi dan bahkan melebihi emas, berlian dan permata sungguh
tidak masuk akal. Misalkan hanya dalam batu tersebut terdapat sosok menyerupai
Nyi Roro Kidul, maka batu tersebut harganya selangit. Hanya karena batu
tersebut terdapat corak naga yang menyemburkan api, harganya bisa mencapai satu
milyar. Sungguh fenomena “aneh” yang tidak masuk akal.
Yang menjadi pertanyaan efek apa
yang ditimbulkan ketika memakai batu yang ikonik seperti Nyi Roro Kidul dan
Naga Api. Apakah ketika memakai batu yang coraknya ikonik terdapat efek-efek
magis, muncul kebijaksanaan, kehormatan, disegeni orang, menjadi penakluk lawan
jenis, menjadi sakti atau hal-hal yang tidak masuk akal lainnya. Sungguh “aneh”
masyarakat kita, corak itu memang muncul secara alami dan kemudian di olah
supaya terbingkai dalam batu akik dalam cincin. Dalam konteks ini batu telah di
bumbui hal-hal yang tidak logis, hanya karena nilai ikonik tokoh atau gambar
lainnya. Dan belum tentu motif atau corak tersebut dapat di pertanggungjawabkan.
Misalnya motif Nyi Roro Kidul, apakah yang mennyebut bahwa dalam batu tersebut ada
nyi roro kidul, pernah melihat sosok sesungguhnya serperti apa. Dan bisa saja
corak naga dalam batu bercorak naga tersebut di artikan berbeda bukan sosok
naga melainkan komodo, bisa saja.
Contoh gambar tentang persepsi dalam ilmu psikologi |
Kemunculan corak yang ikonik
tersebut hanyalah persepsi manusia dalam melihat suatu pola gambar. Bisa saja
ketika corak Nyi Roro Kidul tersbut menjadi sosok lain, ketika batu tersebut
tidak berada di teritorial Indonesia.
Maka corak tersebut tidak absolute, bisa saja corak nyi roro kidul tersebut di Eropa di artikan
sosok Aprodite atau Juliet, bisa saja. Jadi pada intinya dalam konteks
penerjemahan corak yang muncul dalam batu tersebut, adalah masalah persepsi
dalam pikiran manusia dan tidak terdapat tendensi apa-apa dalam batu tersebut,
hanya corak. Ketika corak tersebut di respon atau dilihat dari sudut pandang
seni akan lebih terhormat, akan menjadi “aneh” memaknai corak tersebut dari
sudut pandang klenik atau mitos. Dan lebih “aneh” lagi hanya karena corak yang
ikonik tersebut, harga sebuah batu menjadi tidak masuk akal. Dan mudah-mudahan
masyarakat kita tidak “sakit”, dengan adanya fenomena “aneh” batu akik.
Itulah beberapa alasan yang
membuat batu akik digemari oleh orang yang dulunya tidak suka menjadi suka batu
akik. Keanehan-keanehan dalam trend batu akik, memang sengaja di munculkan oleh
para pelakunya. Dalam hal ini adalah para penjual, penggosok, penerjemah corak,
kolektor, media telah mengkontruksi sebuah batu menjadi boombastis dan lebay. Tujuannya tidak lain adalah
mencari keuntungan sebanyak-banyak nya dari keunikan sebuah batu. Memang dengan
adanya trend batu akik ini, muncul lapangan kerja baru. Dari mulai para pencari
batu, pemoles, penjual ring, penerjemah corak, konsultan batu, kolektor batu
dll. Secara ekonomis memang melahirkan perekonomian baru, dan membuat lapangan
pekerjaan baru pula. Fenomena batu akik harus di sikapi secara wajar dan tidak lebay dalam segala sesuatunya. Dan
fenomena “aneh” batu akik bukan hanya jadi sekedar trend di masyarakat kita.
Jangan sampai nanti bernasib seperti pendahunya, yaitu gelombang cinta
(anturium), ikan koi, yang sekarang menghilang entah kemana. [].
Referensi :
Ø www.Wikipedia.com
Ø www. http://obrolbatu.com
Ø www. romahadi.wordpress.com