Wednesday 27 May 2015

Fenomena “Aneh” Batu Akik .......bagian 1



Fenomena “Aneh” Batu Akik
Oleh : Alik Setiawan
Bagian 1


Beberapa tahun belakangan ini, masyarakat Indonesia di hebohkan dengan “booming” nya fenomena batu akik. Mungkin fenomena “aneh” tentang batu akik, sudah mulai muncul sejak pertengahan 2013. Masyarakat di seluruh penjuru nusantara, bisa dikatakan sedang mengalami demam batu akik. Di sudut-sudut kota menjamur penjual dan pengrajin batu akik, di gang-gang kecil ramai membicarakan batu akik, di warung kopi dan kantor pun tidak lepas dari perbincangan dan kegiatan menggosok batu akik. Dan di beberapa kota di Indonesia mengadakan even pameran batu akik, dan pameran tersebut tidak pernah sepi pengunjung. Trending topic di media dan juga sosial media, didominasi oleh fenomena tentang batu akik. Batu akik telah menembus batas antara dunia nyata dan virtual. Apa yang membuat gejala massal yang mengarahkan pikiran, manusia tertuju ke satu benda yaitu “Batu Akik”. Sehingga terjadi euphoria, pemujaan, mitos, dan sampai ke ranah klenik.
Dalam bahasan berikut akan ditelusuri fenomena “Aneh”, tentang sebuah batu yang dapat menggerakan massa. Tentu saja gejala tersebut dapat dikatakan “aneh”, karena berbagai alasan dan hal unik tentunya. Disini akan dibahas tentang batu akik, dari berbagai segi baik kultural, ekonomi, psikologi, seni atau simbolisnya. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan pemerhati budaya dan seni.

Awalnya adalah magma
Batu akik yang sedang “booming” sebelum menjadi sebuah batu yang indah dan bernilai seni, awalnya adalah magma atau vulkanik yang di keluarkan oleh gunung berapi. Batu akik, ‘agate’, atau kata lainya ‘agaat’ adalah batu yang utama dari keluarga batu-batu calcedon dan di Indonesia lebih dikenal dengan nama atau istilah batu akik. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, batu akik adalah batu kalsedon (SiO2) yang tersusun berlapis lapis dan berbagai warna. Itulah secara etimologis pengertian dari batu akik,yang terjadi secara geologis dan akhirnya menjadi batu yang menarik dan unik.
Proses menjadi sebuah batu akik memerlukan waktu geologis berjuta-juta tahun lamanya. Menurut  Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, seperti dikutip dari detikFinance, magma panas tersebut naik ke atas permukaan bumi melewati celah-celah batuan dan lapisan tanah. Makin naik, makin turun panasnya dan kemudian membeku sehingga membentuk batuan kristal. Proses terangkatnya batu akik ke permukaan tanah dari ke dalaman 160 Km lebih, membutuhkan proses yang sangat lama. Sementara pembentukan magma cair hingga menjadi batu akik mencapai jutaan hingga miliaran tahun.
Setelah terangkat ke permukaan bumi, batu akik itu banyak ditemukan di sungai atau hamparan tanah, sehingga tidak perlu harus menggali tanah cukup dalam. Tapi prosesnya itu lama sekali, jutaan-miliaran tahun lamanya. Jadi proses terbentuknya batu akik memang secara alami sehingga memiliki sisi keunikan berdasarkan warna dan motifnya. Lalu apa yang membuat warna dan motif batu akik berbeda-beda di setiap daerah. Beragamnya warna-warna pada batu akik itu akibat proses pengotoran magma cair oleh batuan atau tanah di sekitarnya. Peristiwa ini terjadi saat terangkatnya cairan magma dari perut bumi ke permukaan tanah melalui proses vulkanik. Meski jenis batu akik sama, unsur tanah dan batuan setiap daerah berbeda sehingga menghasilkan warna yang berbeda pula.
Jadi yang membuat batu akik warna dan motifnya berbeda karena pengotoran batu, pada saat proses menuju ke permukaan. Dan yang menjadikan motif dan warna yang berbeda, adalah karena kandungan tanah dan batu yang berada di sekitar magma tersebut. Walaupun pada intinya adalah sama yaitu magma yang menjadi batu, tetapi karena tiap daerah kandungan tanah dan batunya berbeda. Maka yang terjadi adalah bentuk motif dan warna yang berbeda dari setiap daerahnya.
Begitulah proses singkat terjadinya batu akik yang kemudian menjadi trend di masyarakat Indonesia belakangan ini. Dan kenapa sebuah bongkah batu dapat menyihir atau menghipnotis orang Indonesia di seluruh Nusantara. Memang secara fisik bentuk dan warnanya memang menarik dan berbeda dengan batu biasa pada umumnya. Batu akik merupakan batu elite mineral yang di hasilkan oleh bumi.  Disebut elite karena dari sekitar 3.000 jenis mineral di Bumi, hanya terdapat 150-200 yang bisa digolongkan jenis batu mulia. Itulah kenapa jenis batu ini menjadi istimewa dan menjadi perhiasan atau benda seni yang mempunyai nilai estetika.

Batu Akik Dalam Ranah Kultural dan Seni
Sebelum ramai seperti sekarang ini batu akik atau cincin akik, pada waktu dulu selalu identik atau berkaitan dengan mistik, perdukunan, orang sakti, orang tua, datuk, dan pendekar. Secara historis ada pergeseran makna tentang pemakaian sebuah cincin batu akik, sehingga sekarang batu akik mewabah ke segala lapisan usia. Fenomena “aneh” tentang batu akik telah menjadi budaya massa dan menjadi populer di semua kalangan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan denga batu akik,mulai menyeruak ke permukaan. Dari mulai sekedar ngobrol tentang batu akik, jual beli, kontes batu akik, hingga pameran batu akik. Kegiatan-kegiatan tersebut telah membudaya di kalangan masyarakat kita belakangan ini.
Kalau meminjam istilah dalam sosial media, batu akik telah menjadi trending topic di masyarakat kita. Dalam konteks ini batu akik yang dulunya di pakai oleh orang tua, sekarang telah di kontruksi dan menjadi layak dan pantas di pakai oleh segala usia. Nilai simbolik yang dulu identik dengan orang tua, jadul, kuno, mistis, sekarang telah lebur menjadi budaya yang lebih ringan atau budaya massa. Tetapi apakah euphoria yang dialami masyarakat kita akan bertahan lama atau hanya sebentar. Karena fenomena “ aneh” ini dapat dkatakan tidak wajar, atau bersifat spontan dan akhirnya menjadi trend. Sebelum ada trend batu akik yang ramai seperti sekarang ini, dari dulu juga sudah ada kolektor dan penjual “tetap” batu akik. Konotasi  “Tetap” disini adalah tidak muncul setelah adanya trend batu akik, mereka konsisten mencintai batu akik bukan karena trend atau ikut-ikutan orang lain.
Jadi sejak kapan dan kenapa trend batu akik ini muncul dan menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia. Menurut sumber yang penulis baca, trend batu akik ini berkaitan dengan sosok pemimpin negeri ini. Sebelum trend yang terjadi pada tahun-tahun belakangan ini (2013-2015), dulu pada era kekuasan bapak Orde Baru juga pernah terjadi trend “batu akik” tetapi tidak seramai tahun ini. Tren batu akik pada periode orde baru, di indikasikan pada waktu Presiden Soeharto memakai cincin batu akik. Menurut sumber yang penulis baca, di mana pada waktu itu Presiden Soeharto sedang dalam acara pertemuan. Dan beberapa kali kamera menyorot jari Soeharto yang memakai cincin batu akik, entah itu sengaja atau tidak sengaja kamera terus menyorot ke cincin batu akik tersebut. Nah, setelah kejadian tersebut maka terjadilah trend batu akik. Walaupun trend batu akik pada era Soeharto tidak seramai pada tahun-tahun ini.
Dan hal yang sama juga terjadi pada era Susilo Bambang Yudhoyono, dimana trend batu akik yang ramai pada waktu sekarang sebenarnya telah muncul pada era SBY. Pada waktu itu SBY memberikan cinderamata atau kenang-kenangan berupa batu akik kepada Obama. Untuk jenis batu akik yang di berikan kepada obama tersebut, kalau tidak salah batu akik asal Jawa Timur. Dan dari kejadian tersebut di indikasikan menjadi titik tolak trend batu akik yang ramai akhir-akhir ini. Perlahan tapi pasti, setelah moment tersebut batu akik menjadi ramai. Dan pada tahun ini (2015), trend batu akik masih ramai di masyarakat kita.
Itulah kejadian atau moment yang dapat di indikasikan mulainya trend batu akik. Yang menjadi titik sentral adalah sosok orang besar, yang nantinya akan mewabah ke masyarakat. Memang sosok pemimpin bangsa kita tidak lepas dari budaya memakai pernak-pernik berupa cincin. Sosok Soekarno, Soeharto dan SBY juga tidak lepas dari penggunaan cincin batu akik. Dalam tokoh pewayangan juga dikenal penggunaan cincin, yaitu tokoh Semar. Walaupun hal itu belum diketahui secara pasti, apakah yang di kenakan Semar berupa batu akik atau bukan. Jadi Tradisi memakai cincin itu memang sudah cukup tua dalam peradaban manusia. Hal ini dapat di telusuri bahwa, Tradisi memberi dan menerima cincin konon telah ada sejak lebih dari 4.800 tahun yang silam. Cincin pernikahan umumnya dikenakan di jari manis sebelah kiri. Tradisi ini tumbuh dari kepercayaan bangsa Tudor abad ke-16 yang meyakini bahwa jari manis tangan sebelah kiri berhubungan langsung dengan pembuluh darah yang langsung tersambung ke organ jantung.  
Jadi pola dasar yang di pakai dalam penggunaan batu akik, adalah pola menghias diri atau membuat penampilan lebih menarik. Walaupun dalam praktiknya penggunaan cincin batu akik telah mengalami perubahan pola atau substansi maknanya. Dalam konteks pemakaian batu akik di lingkungan masyarakat kita, biasanya selalu di kaitkan dengan hal-hal yang mistik dan lainnya. Batu akik di tengarai menyimpan energy dan dapat menolak kejahatan atau mendatangkan sifat yang baik dan bijaksana. Secara historis memang nenek moyang kita, dulunya adalah animisme yang berkaitan dengan penyemabahan benda mati. Dari situ juga mungkin, tradisi tersebut tetap bertahan walaupun secara ritual berbeda.
Tetapi dalam konteks sekarang ini seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan dalam pemikiran. Tradisi lama yang melekat pada batu akik, sebagai batu bertuah telah mengalami pergeseran makna. Booming batu akik pada saat ini telah mninggalkan pola lama yang di kandung oleh batu akik, di mana batu akik Identik dengan orang tua, datuk, dukun, dan mistisme. Sekarang batu akik dapat di pakai siapa saja, oleh lintas gender dan melebur status sosial yang ada di masyarakat kita. Banyak dari kalangan anak muda, ibu-ibu, bahkan anak kecil pun dapat memakai batu akik.
Hal ini dapat ditelusuri karena memang terjadi perubahan pola tentang batu akik dalam nilai pemakaiannya. Batu akik dalam hal ini dapat di lihat dari nilai seninya, desain cincinnya yang lebih fresh tidak terkesan kaku, dan teknik merayu dalam transaksinya. Batu akik dilihat dari nilai seninya, memang dalam batu akik tersebut terkandung nilai seni. Dimana dalam batu akik terdapat unsure warna, garis, tekstur, bentuk, corak atau pola, bahkan gambar yang ikonik. Di mana kesemua unsur tersebut termasuk dalam unsur seni rupa, tetapi bukan berarti batu akik dapat dikatakan seni rupa. Batu akik bukan patung atau lukisan, tetapi dapat dikatakan berupa benda hias atau souvenir atau pernak-pernik yang mengandung unsur seni rupa.
Dan unsur seni tersebut yang membuat daya tarik dalam batu akik tersebut, dengan warna, corak, tekstur dan gambar yang ikonik dapat menarik perhatian orang. Yang membuat istimewa lagi dari batu tersebut, adalah dari warna dan coraknya terjadi secara alami. Sehingga terdapat sisi unik atau artistic dalam batu tersebut, dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Tinggi dalam konteks ini adalah masih dalam taraf yang wajar, tidak berlebihan dan bahkan tidak masuk akal. Dalam artian secara nilai ekonomi niliai jual batu akik, tetap di bawah batu mulia jenis intan dan berlian. Karena sudah jelas kandungan mineral dan nilai kekerasan dalam batu akik di bawah kedua batu tersebut. Itulah nilai seni yang terkandung dalam batu akik, di mana seni tidak mengenal batas usia. Maka dari itu semua batas itu lebur oleh seni, semua dapat menikmati unsur seni dalam sebuah batu yang artistic.
Seni telah melebur tingkatan usia dan status sosial, dan hal itu di imbangi pula dengan desain cincin (ring) untuk tempat batu akik. Hal ini dapat di lihat dari desain-desain cincin(ring) yang terkesan modern dan tidak kaku. Dari mulai warna, motif, dan ornamental, kesemuanya menjadi elemen pendukung dalam memunculkan batu akik. Dalam pengamatan penulis, sebelum terjadi trend seperti sekarang ini. Bentuk cincin terkesan tua, kaku, monoton, simple, dan jadul. Sehingga tidak dapat mendongkrak nilai estetika pemakainya, sehingga pada waktu itu batu akik selalu dikaitkan dengan orang tua. Tetapi dalam konteks trend pada saat ini, cincin sebagai penyeimbang batu akik supaya dapat tampil lebih menarik. Sehingga dalam praktiknya baik kalangan muda, ibu-ibu pun tidak malu dalam memakai cinci batu akik. Karena secara desain dan elemen pendukungnya menyesuaikan dengan zaman.
Selanjutnya trend batu akik dapat dikaitkan dengan budaya bujuk rayu dalam transaksinya. Di mana penjual dapat menggunakan bahasa persuasi yang dimenarik, ilmiah, mistis, dan mungkin juga lebay dalam transaksinya. Kenapa penulis indikasikan dari trasnsaksi jual belinya, dikarenakan batu akik dapat penekanan persuasi secara verbal. Dari penamaan batu akik sendiri kadang cenderung lebay. Dan juga terjadi pesan ikonik dalam motif, yang terkadang tidak masuk akal. Serta batu akik dimasuki unsur persuasi yang cenderung dogmatis. Penamaan batu akik sendiri cukup banyak, kadang penamaan batu akik di kaitkan dengan tempat dimana batu itu ditemukan. Ada juga penamaan berdasarkan warna, motif, dan juga kandungan mineralnya.

Nama-nama seperti Naga Sui, Sisik Naga, Batu Jahanam, Panca warna, sulaiman njungjung,  sulaiman serat emas, dan mani gajah adalah nama-nama batu akik yang ikonik dan cenderung lebay dalam penamaannya. Nama yang lebay dan boombastis, cenderung memprovokasi orang menjadi penasaran. Selain itu pada praktik transaksinya, batu akik terkadang dibumbui dengan hal-hal yang berlebihan dan tidak masuk akal. Seperti misalnya ketika mengenakan jenis batu akik ini, maka akan memancarkan aura kebijaksanaan, kewibawaan, memancarkan pesona, merasa tentram, dihormati pihak lain, menolak kejahatan, penaklukan lawan jenis, dan sebagainya. Hal-hal semacam seperti itulah yang kemudian menjadi dogmatis, di kalangan orang awam yang tidak tahu menahu. Sehingga mereka hayalah korban dari trend, karena tidak mempelajarinya secara mendalam. Jadi ketika sebuah batu di kontruksi hal-hal yang tidak masuk akal, maka fenomena tersebut secara logika menjadi “aneh”.
Selain itu tanda ikonik dalan sebuah batu akik, juga menjadi fenomena yang boomastis dan lebay. Motif atau corak batu yang ikonik bisanya mengacu ke ikon-ikon yang populer, fenomenal, dan memiliki sifat yang khas. Misalkan corak batu akik, mempunyai corak wajah, corak monas, corak Nyi Roro Kidul, sosok naga api, sosok buaya, sosok gunung, sosok manusia berjenggot dan masih banyak lainnya. Dan corak-corak tersebut memang sengaja di cari dalam pembentukan batu akik. Dan secara alami dalam batu tersebut memang terdapat corak, setelah corak tersebut terbentuk dalam sebuah batu. Maka persepsi manusia berusaha mencoba menerjemahkan corak tersebut menjadi bahasa visual yang terbaca secara ikonik.
Setelah terbaca corak tersebut maka akan di sampaikan dalam transaksi jual beli, bahwa batu tersebut memiliki corak yang ikonik dan unik. Dan corak tersebut sebagai nilai tambah dalam batu tersebut. Karena memiliki corak yang unik maka batu tersebut dalam nilai jual nya melambung tinggi dan bahkan melebihi emas, berlian dan permata sungguh tidak masuk akal. Misalkan hanya dalam batu tersebut terdapat sosok menyerupai Nyi Roro Kidul, maka batu tersebut harganya selangit. Hanya karena batu tersebut terdapat corak naga yang menyemburkan api, harganya bisa mencapai satu milyar. Sungguh fenomena “aneh” yang tidak masuk akal.
Yang menjadi pertanyaan efek apa yang ditimbulkan ketika memakai batu yang ikonik seperti Nyi Roro Kidul dan Naga Api. Apakah ketika memakai batu yang coraknya ikonik terdapat efek-efek magis, muncul kebijaksanaan, kehormatan, disegeni orang, menjadi penakluk lawan jenis, menjadi sakti atau hal-hal yang tidak masuk akal lainnya. Sungguh “aneh” masyarakat kita, corak itu memang muncul secara alami dan kemudian di olah supaya terbingkai dalam batu akik dalam cincin. Dalam konteks ini batu telah di bumbui hal-hal yang tidak logis, hanya karena nilai ikonik tokoh atau gambar lainnya. Dan belum tentu motif atau corak tersebut dapat di pertanggungjawabkan. Misalnya motif Nyi Roro Kidul, apakah yang mennyebut bahwa dalam batu tersebut ada nyi roro kidul, pernah melihat sosok sesungguhnya serperti apa. Dan bisa saja corak naga dalam batu bercorak naga tersebut di artikan berbeda bukan sosok naga melainkan komodo, bisa saja. 
Contoh gambar tentang persepsi dalam ilmu psikologi

Kemunculan corak yang ikonik tersebut hanyalah persepsi manusia dalam melihat suatu pola gambar. Bisa saja ketika corak Nyi Roro Kidul tersbut menjadi sosok lain, ketika batu tersebut tidak berada di teritorial Indonesia.  Maka corak tersebut tidak absolute, bisa saja corak  nyi roro kidul tersebut di Eropa di artikan sosok Aprodite atau Juliet, bisa saja. Jadi pada intinya dalam konteks penerjemahan corak yang muncul dalam batu tersebut, adalah masalah persepsi dalam pikiran manusia dan tidak terdapat tendensi apa-apa dalam batu tersebut, hanya corak. Ketika corak tersebut di respon atau dilihat dari sudut pandang seni akan lebih terhormat, akan menjadi “aneh” memaknai corak tersebut dari sudut pandang klenik atau mitos. Dan lebih “aneh” lagi hanya karena corak yang ikonik tersebut, harga sebuah batu menjadi tidak masuk akal. Dan mudah-mudahan masyarakat kita tidak “sakit”, dengan adanya fenomena “aneh” batu akik.
Itulah beberapa alasan yang membuat batu akik digemari oleh orang yang dulunya tidak suka menjadi suka batu akik. Keanehan-keanehan dalam trend batu akik, memang sengaja di munculkan oleh para pelakunya. Dalam hal ini adalah para penjual, penggosok, penerjemah corak, kolektor, media telah mengkontruksi sebuah batu menjadi boombastis dan lebay. Tujuannya tidak lain adalah mencari keuntungan sebanyak-banyak nya dari keunikan sebuah batu. Memang dengan adanya trend batu akik ini, muncul lapangan kerja baru. Dari mulai para pencari batu, pemoles, penjual ring, penerjemah corak, konsultan batu, kolektor batu dll. Secara ekonomis memang melahirkan perekonomian baru, dan membuat lapangan pekerjaan baru pula. Fenomena batu akik harus di sikapi secara wajar dan tidak lebay dalam segala sesuatunya. Dan fenomena “aneh” batu akik bukan hanya jadi sekedar trend di masyarakat kita. Jangan sampai nanti bernasib seperti pendahunya, yaitu gelombang cinta (anturium), ikan koi, yang sekarang menghilang entah kemana. [].
Referensi :
Ø  www.Wikipedia.com
Ø  www. romahadi.wordpress.com
                  http://www.kumpulanmisteri.com

"Lukisan Dari Sampah Plastik" Karya Anak Didik, XI Animasi 1 dan 2 SMK Negeri 1 Tonjong

Lukisan Dari Sampah Plastik

      Karya dari anak didik saya, memanfaatkan sampah plastik bekas. Sampah plastik tersebut di olah menjadi lukisan dengan teknik kolase dengan perpaduan cat akrilik. Hasilnya cukup artistik untuk ukuran anak SMK kelas XI. Cara pembuatannya cukup mudah :
  1. Siapkan plastik bekas yang sudah tidak terpakai.Plastik dibersihkan dulu dari minyak, debu, air dan   kotoran lainnya, supaya ketika di tempel melekat kuat.
  2. Kemudian pilah berdasarkan motif dan warnanya, dikelompokan biar mudah dalam pembuatannya.
  3. Siapakan kanvas ukuran kecil atau sedang, buat pola atau sketsa gambar menggunakan pensil. Dapat menggunakan gambar acuan supaya lebih mudah.
  4. Kemudian potong plastik sesuai pola yang di inginkan, tempelkan sesuai dengan komposisi warna yang pas dan menarik sesuai dengan pola gambar. Penempelan plastik menggunakan jenis lem korea supaya daya rekat kuat dan tahan lama.
  5. Setelah plastik tertempel sesuai pola gambar, untuk background dapat menggunakan cat akrilik ataupun cat tembok

Hasil karya dari kelompoknya Galang Fisabililah XI Animasi 2 dan teman-teman

Hasil karya kelompoknya M.Suhelmi XI Animasi 2 dan teman-teman

Kelompoknya Galang Fisabililah kelas XI Animasi 2 dan hasil karyanya

Kelompoknya Toto Warsito kelas XI Animasi 2 dan karyanya

Kelompoknya M. Suhelmi kelas XI Animasi 2 dan Hasil karyanya

Kelompoknya Ilva Juniasih kelas XI Animasi 2 dan hasil karya dari sampah plastik

Kelompoknya Ayu Mulya Dewi kelas XI Animasi 2  dan hasil karya dari sampah plastik
Karya dari kelompoknya Risma dan teman-teman XI Animasi 1

Hasil karya dari kelompoknya Toto Warsito XI Animasi 2

Hasil karya kelompoknya M. Amin Aulawi XI Animasi 2

Hasil karya kelompoknya Ilva Juniasih XI Animasi 2

Hasil karya kelompoknya Ayu Mulya Dewi kelas XI Animasi 2

Karya dari kelompoknya Andika Aditnya Nugroho kelas XI Animasi 1


Karya dari kelompoknya Revina Malahayati XI Animasi 1

Karya dari kelompoknya Wulan Wilyanti Putri kelas XI Animasi 1

Karya dari kelompoknya Dian Ayu Fatmaningrum kelas XI Animasi 1

Jejak Hindu di Bumiayu

Menelusuri Jejak Hindu di Bumiayu Bumiayu merupakan kota kecamatan yang terletak di selatan Kabupaten Brebes. Bumiayu dalam perkemba...