Monday, 26 October 2015
Sunday, 25 October 2015
Peradaban Yang Hilang di kali Keruh Blere
Peradaban yang Hilang di Kali Keruh
Blere
Ada yang
berubah pada Kali Keruh-ku, ketika siang menjelang sore kususuri jejak masa
kecil di aliran Kali Keruh sebelah barat Blere. Mengingat masa kecil dulu,
ketika pada waktu pagi, dan sore atau bahkan siang saya dan teman-teman bermain
di kali keruh yang mengasikan. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan
usia, kini kali keruh tidak lagi sebagai salah satu tempat peradaban manusia
desa.
Dalam
pandangan visual saya Kali Keruh-ku serasa idah dan tenang, tetapi jauh dari
peradaban manusia modern. Kali Keruh yang dulu sebagai tempat bermain anak-anak
desa, tempat beraktivitas manusia, kini telah lengang , tenang dan seolah
dingin dari jamahan manusia nya. Teringat masa kecil saya dulu ketika setiap
sore kali Keruh menjadi tempat yang paling mengasikan untuk bermain air.
Sepulang dari Sekolah Madrasah, saya pulang dan tanpa menunggu lama saya
langsung menuju Kali Keruh. Di Kali Keruh teman-teman sudah berkumpul ramai
mandi dan bermain di Kedung Kali
Keruh. Dan air sungai yang keruh menjadi teman yang mengasikan dan hangat untuk
bermain air. Di Kedung tersebut
merupakan arena untuk bersosialisasi dan bermain yang mengasikan.
Mandi di Kedung sekaligus tempat bermain dan
bersosialiasai yang mengasikan. Permainan air yang kreatif membuat saya dan
teman-teman lupa waktu. Jenis permainan air yang akrab dengan kami seperti anjlog, nyilem, renang, keli-kelian, rakit kedebogan, udag-udagan,
pelampung ban dalem, permainan sarung, dolanan
wedi, dll. Dengan asiknya permaian tersebut kadang juga mengundang resiko.
Resiko dari permainan air tradisional seperti kaki terbentur batu, kuping
kemasukan air, terkena cakaran kuku teman, atau bahkan hanyut tak bisa kami
hindari. Dengan banyaknya permainan air tersebut, hingga kami kadang lupa waktu
pulang. Dimana pada waktu itu matahari hampir tenggelam dan airpun semakin
dingin baru timbulah hasrat pulang. Kami pulang dengan hati senang, dengan
kondisi mata merah, tubuh busik, dan
rambut kering dan kasar. Namun semuanya tidak membuat kami berhenti untuk
membuat peradaban kecil di kali Keruh.
Permainan
tersebut di atas sangatlah akrab dengan kami anak-anak Blere pada waktu itu
(era 90-an). Kali Keruh tidak hanya untuk bermain, keruhnya air membuat tempat
petualangan yang menarik dan menatang. Kali Keruh menjadi ajang untuk berburu
ikan, dengan berbagai cara. Tentunya dengan mennggunakan alat-alat tradisional,
seperti seser, sosog, pancing, dan ngrogoh. Pada waktu itu ikan Kali Keruh
masih banyak, dan sehingga tidak terlalu sulit untuk mencarinya. Jenis ikan
yang ada di habitat Kali Keruh, seperti benter,
uceng, kekel, urang, atau bahkan melem
pun masih ada. Tidak tahu kalau kondisi sekarang, di mana sekilas Kali Keruh
tidak menampakan adanya kehidupan air yang cukup signifikan. Mungkin masih ada
ikan-ikan Kali Keruh, tetapi sudah berkurang tidak seperti dulu lagi. Kondisi Kali
keruh yang mengalami pendangkalan, dan juga ekosistem yang rusak karena ulah manusianya.
Disamping
sebagai tempat untuk bermain dan berpetualang, kali keruh juga sebagai
aktivitas masyarakat Blere pada waktu itu. Kali keruh menjadi tempat peradaban
air bagi masyarakat sekitar. Aktivitas seperti mencuci baju, mencuci piring,
mandi, pengairan sawah dan kebun rutin dilakukan pada pagi ataupun sore hari.
Apalagi ketika musim kemarau melanda, aktivitas kali keruh di barat Blere
semakin ramai dan semarak. Tetapi seiring denga kemajuan jaman, dan semakin padat
dan laju aktivitas menusianya maka Kali Keruh-pun terlupakan. Disamping itu,
dengan semakin muadahnya mendapatkan air dari Perusahaan Air Minum (PAM).
Sehingga aktivitas sosial di Kali Keruh perlahan tapi pasti ditinggalkan oleh
masyarakat sekitar.
Kini aktivitas
peradaban kecil di sebuah sugai semuanya telah hilang dan sirna, sebuah
peradaban Kali Keruh yang menumbuhkan semangat, solidaritas, nilai sosial, dan
juga kegembiraan. Kali keruh sekarang menjadi sepi, dingin, rimbun, asing,
senyap,bahkan terksesan angker. Jamahan manusia yang menimbulkan perdaban
kecil, telah jauh atau bahkan lupa terhadap alam yang bersahabat. Kemajuan
teknologi membuat manusia menjadi dingin terhadap alam, manusia modern lebih
intim dengan dunia digital. Mesin simulasi yang hampir mendekati nyata, menjauhkan
anak-anak dari alam. Tidak ada lagi istilah “ Anak Kali Sekarang” , yang ada
adalah “Anak Game On Line Sekarang”. Anak-anak sekarang menjadi asing dengan
alam sekitar, bahkan mereka lupa bahwa Kali Keruh merupakan tempat belajar dan
bermain yang mengasikan.
Friday, 16 October 2015
Subscribe to:
Posts (Atom)
Jejak Hindu di Bumiayu
Menelusuri Jejak Hindu di Bumiayu Bumiayu merupakan kota kecamatan yang terletak di selatan Kabupaten Brebes. Bumiayu dalam perkemba...
-
Lukisan Dari Sampah Plastik Karya dari anak didik saya, memanfaatkan sampah plastik bekas. Sampah plastik t...
-
Sejarah dan Perkembangan Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) Sejarah dan Perkembangan Persagi (persatuan ahli gambar indones...
-
PERSPEKTIF DALAM DUNIA SENI RUPA. PERSPEKTIF Pengertian perspektif. Perspektif, dalam dunia seni rupa kita tentunya pern...