Tuesday 16 February 2016

Gebyar Bumiayu Fair (GBF) Bumiayu




GEBYAR BUMIAYU FAIR (GBF) BUMIAYU
Sebuah Fenomena Budaya atau Hanya Pasar Malam Biasa”

Gebyar Bumiayu Fair (GBF) Bumiayu yang diadakan rutin setiap tahunnya, selalu dinanti masyarakat Bumiayu dan sekitarnya. Even tahunan yang diadakan di lapangan Asri Bumiayu, yang menampilkan beragam hiburan, dan aneka produk fashion hingga makanan semuanya ada di acara tersebut. Sebuah acara yang dikemas dalam konsep pasar malam, lengkap dengan wahana pendukung acara tersebut. Sehingga acara tersebut selalu ramai dikunjungi masyarakat Brebes selatan pada umumnya. Dalam catatan kecil ini akan dibahas pasar malam dalam kajian budaya.

Pasar Malam Dalam Peta Sejarah
Pasar malam, tentunya sudah tidak asing lagi di lingkungan kita, perhelatan yang diadakan di sebuah tempat yang luas dan terbuka diadakan pada malam hari. Di Bumiayu, sebuah kota kecil diwilayah selatan Kabupaten Brebes, juga terdapat pasar malam yang rutin diadakan tiap tahunnya. Gebyar Bumiayu Fair adalah tema besar yang di usung pemerintah setempat dalam membingkai acara tersebut. Pasar malam hampir setiap daerah ada, dan mempunyai ciri khas masing-masing. Sebagai contoh di Jakarta ada Pekan Raya Jakarta (PRJ), Sekaten ada di Jogjakarta, dan masih banyak pasar malam di berbagai kota di Indonesia.
Dalam peta sejarah, kemunculan pasar malam erat hubungannya dengan peyebaran agama Islam di pulau Jawa. Menurut sejarah bahwa kemunculan pasar malam di indikasikan, bermula di kerajaan Demak. Dimana pada waktu penyebaran agaman Islam di Demak dan tanah Jawa pada umumnya oleh para Wali Sanga. Wali Sanga dalam menyebarkan Islam di Jawa mengalami kendala, dikarenakan masyarakatnya masih menganut tradisi nenek monyang yang sangat kuat. Masyarakat Jawa pada umumnya masih menganut animisme dan dinamisme. Tradisi yang kuat dan sampai sekarang telah berakulturasi dengan agama Islam.
Sunan Kalijaga yang pada waktu menyebarkan ajaran Islam, dengan mengemas dakwahnya dengan budaya Jawa, yaitu salah satunya dengan gamelan. Dan dakwah tersebut dinamakan Sekaten yang sampai sekarang masih dilestarikan di Jogjakarta dan Surakarta. Dan acara sekaten merupakan acara yang diadakan pada malam hari, dimana pada waktu itu Sunan Kalijaga menampilkan gamelan sebagai media dakwah.  Dengan adanya gamelan yang bertaluan, maka masyarakat yang cinta dengan kebudayaan lokal bersemangat untuk datang. Media dakwah yang dikemas dengan akulturasi budaya Jawa, secara tidak langsung masyarakat menerima ajaran Islam yang di sampaikan Sunan Kalijaga.
Nah, pada acara Sekaten tersebutlah di indikasikan munculnya tradisi pasar malam, yang sampai sekarang telah berevolusi menyesuaikan dengan zaman. Tradisi sekaten di kerajaan Demak diselenggarakan untuk memperluas dan memperdalam agama Islam. Sekaten mulai di rayakan pada masa kerajaan Demak mulai berdiri yang dipimpin oleh Raden Patah. Kemudian, setelah kerajaan Demak runtuh, tradisi ini dikembangkan oleh kerajaan Pajang di bawah pimpinan Sultan Hadiwijaya. Demikian pula ketika kekuasaan Pajang runtuh, dilanjutkan oleh kerajaan Mataram Islam. Pada masa Sultan Agung Hanyokrokusumo (Raja Mataram ke-tiga) ditetapakan bahwa gamelan yang mengiringi sekaten adalah gamelan Kiai Gunturmadu dan Kiai Nagawilaga . Demikian sampai sekarang pun tradisi ini terus berlanjut, baik di Keraton Kasunanan Surakarta maupun Kasultanan Yogyakarta.
Itulah sekilas sejarah tentang pasar malam yang telah menjadi budaya hiburan dan budaya populer di lingkungan masyarakat kita. Dua Budaya yang berbeda yang telah berakulturasi dan menjadi budaya baru yang diterima masyarakat luas. Sampai sekarang tradisi Sekaten di Jogjakarta masih tetap lestari, menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Walaupun telah menyesuaikan dengan zaman, Sekaten tetap menekankan pada pada tiga komponen yaitu budaya, religi dan ekonomi. Jadi nilai budaya adiluhung tetap dipertahankan sampai dengan era sekarang.
 
Suasana bumiayu Fair yang ramai pengunjung
Bumiayu Fair Pagelaran Budaya atau Hanya Hiburan
Sebagaimana yang dijelaskan di atas, bahwa kemunculan pasar malam erat kaitannya dengan budaya dan nilai religius. Tetapi seiring dengan perkembangan jaman, dan perubahan pola pikir manusia. Maka pasar malam telah mengalami pergeseran dan menyesuaikan dengan masyarakat dan kondisi sekitarnya. Nuasansa budaya adiluhung dan religiusitas sudah tidak dominan dalam suatu perhelatan pasar malam. Tapi tidak semua pasar malam meninggalkan tradisi dan nilai-nilai lokal. Sekaten merupakan pasar malam yang sampai sekarang masih tetap bertahan dan melestarikan budaya lokal atau tradisi. Dalam Sekaten pentas seni pertunjukan di isi dengan pertujukan budaya populer dan tradisional. Jadi budaya lokal tidak benar-benar hilang, masih tetap bertahan di pasar malam yang dikemas modern.
lantas apa yang terjadi di pasar malam di Bumiayu, sebuah kota kecil di wilayah selatan Kabupaten Brebes. Di Bumiayu ada Gebyar Bumiayu Fair (GBF), yang dilaksanakan tiap tahunnya. GBF berlangsung di lapangan Asri, dan biasanya dilaksanakan selama dua minggu. Kalau dilihat dari segi sejarah, kemunculan Bumiayu Fair sekitar awal tahun 2000-an. Entah latar belakang yang mendasari dilaksanakannya Gebyar Bumiayu, memang perlu di kaji lebih dalam.
Pasar malam yang bertempat di lapangan Asri ini, dikemas dengan konsep seperti pasar malam pada umummnya. Yaitu pasar malam yang memperjualbelikan kebutuhan sandang dan pangan. Di Bumiayu Fair di dominasi pedagang pakaian, kuliner, alat rumah tangga, dan di samping terdapat stand dari instansi. Tetapi keberadaan stand dari instansi tersebut tidak terlalu dominan, masyarakat lebih berorientasi kepada belanja di banding apreasiasi atau edukasi. Masyarakat Bumiayu lebih antusias mengunjungi stand-stand baju dan kuliner, stand dari instansi yang menyediakan penyuluhan atau edukasi jarang mendapat perhatian. Disamping stand penjualan terdapat juga hiburan atau pertunjukan tiap malamnnya. Hiburan yang ditampilkan cenderung berorientasi pada nilai komersil dan kesemarakan. Dalam tulisan ini lebih ditekankan pada pokok bahasan hiburan atau seni pertunjukan yang ada di Bumiayu Fair.
Bentuk pertunjukan yang yang ditampilkan pada tiap malamya, hanya untuk menekankan pada hiburan belaka. Dalam konteks ini penyelenggara mungkin masih mempertimbangkan secara kwantitas, berdasarkan keramaian pengunjung atau penonton. Kwalitas dan keragaman pertunjukan pada tiap malamnya tidak menjadi pertimbangan penting. kenapa demikian, karena rangkaian pertunjukan dari setiap even Bumiayu Fair, terkesan monoton dan membosankan. Hal ini dapat dilihat dari tidak beragammnya jenis pertunjukan yang ditampilkan di panggung hiburan.
Dapat dilihat pada tiap malamnya panggung hiburan selalu di isi pertuntukan music dangdut dan band anak muda. Memang tiap malam beda penampil dan bahkan beda genre musik. Tetapi secara substansial pertunjukan tetap member tontonan populer yaitu dangdut dan band. Hal inilah yang membuat pertujukan di panggung gebyar Bumiayu Fair di tiap tahunnya menjadi monoton. Hendaknya pertunjukan di isi dengan seni-seni yang lain, pertunjukan tidak hanya pertunjukan music populer. 
Salah satu band yang tampil di Gebyar Bumiayu Fair (GBF)

Jika panitia jeli dan kreatif, tentunya akan mengemas pertunjukan yang variatif dan menarik. Dalam konteks ini variasi pertunjukan tidak hanya menampilkan music populer. Seni-seni pertunjukan lokal mungkin perlu juga ditampilkan.Seni pertunjukan yang ada di Bumiayu dan sekitarnya, harus ditampilkn dalam perhelatan pasar malam tersebut. Mungkin di wilayah Bumiayu terdapat seni pertunjukan yang masih murni, atau sudah berakulturasi dengan budaya luar. Sebut saja misalnya, keroncong, gambus, kasidah, marawis, genjringan, dagdog kaliwon, calung,  atau jenis tari-tari kreatif bisa ditampilkan.
Seni-seni pertunjukan di atas bisa ditampilkan di even Bumiayu fair. Selain untuk variasi pertunjukan, selain itu akan memunculkan eksistensi dari seni tersebut supaya lebih dikenal seluruh lapisan masyarakat. Lebih tepatnya adalah anak muda, supaya mengenal seni-seni tradisi yang ada di daerahnya.  Ajang Bumiayu Fair merupakan wadah yang tepat untuk menampilkan seni tradisional tersebut. Dikarenakan Bumiayu Fair merupakan even untuk masyarakat Bumiayu yang rutin diadakan tiap tahun dan gratis. Sehingga dengan tampilnya seni tradisi tersebut dapat member warna baru dan tentunya menghidupkan komunitas seni tersebut. Disamping juga bertujuan melestarikan jenis seni pertunjukan tersebut supaya bisa tetap eksis.
Peran pemerintah setempat dan panitia hendaknya dapat lebih kreatif dalam mengolah seni pertunjukan di even Bumiayu Fair. Selain bertujan melestarikan seni tradisional dan seni religius, disamping itu juga bertujuan untuk memunculkan keragaman seni yang ada di Bumiayu. Sehingga pentas seni yang ada di Gebyar Bumiayu Fair, menjadi lebih berwarna dan tidak terkesan monoton. Disamping itu pertunjukan seni-seni tradisi tersebut, dapat menekan ananarkisme atau keributan penontonnya. Karena dalam pertunjukn musik band atau dangdut yang digelar di Bumiayu Fair, sering memancing keributan para penontonnya.
Berbicara mengenai apresiasi penonton, yang ada di Bumiayu fair dari tahun ketahun memang selalu ada kejadian anarkis. Terutama pada pertunjukan dangdut, yang selalu diwarnai keributan di tiap malamnya. Penyebabnya klise, yaitu terjadi senggolan di antara sesama yang joget. Dalam pengamatan saya, kejadian anarkis tersebut biasanya dipengaruhi oleh miras yang dikonsumsi oleh penonton dangdut. Di sisi lain, faktor dari attitude dari tiap person dan juga tren apresiasi dalam musik dangdut selalu identik dengan keributan. Hal tersebut di atas menjadi cacatan negative even Bumiayu fair yang di adakan setiap tahunnya.
Dengan hadirnya musik tradisi dan religi bisa meminimalkan , hal-hal yang berujung negative. Pasar malam yang tidak hanya mengejar reputasi kwantitas dan kesemarakan belaka. Isi sekaligus bobot dari sutau even pasar malam menjadi bahan pertimbangan utama. Sehingga nantinya Bumiayu Fair mempunyai trademark, menjadi pasar malam yang berbudaya yang tidak hanya mengejar keramaian dan nilai kapital. Sehingga pertunjukan tersebut juga tidak lepas dari nilai-nilai kearifan budaya lokal, yang tentunya harus selalu terjaga dan dilestarikan. Ajang Bumiayu Fair dapat menjadi arena pertunjukan yang ideal, sehingga seni tradisi yang ada di Bumiayu dan sekitarnya dapat selalu lestari.[]

Salam Budaya”











Jejak Hindu di Bumiayu

Menelusuri Jejak Hindu di Bumiayu Bumiayu merupakan kota kecamatan yang terletak di selatan Kabupaten Brebes. Bumiayu dalam perkemba...