GEBYAR
BUMIAYU FAIR (GBF) BUMIAYU
“Sebuah
Fenomena Budaya atau Hanya Pasar Malam Biasa”
Gebyar Bumiayu Fair (GBF) Bumiayu yang diadakan rutin
setiap tahunnya, selalu dinanti masyarakat Bumiayu dan sekitarnya. Even tahunan
yang diadakan di lapangan Asri Bumiayu, yang menampilkan beragam hiburan, dan
aneka produk fashion hingga makanan semuanya ada di acara tersebut. Sebuah
acara yang dikemas dalam konsep pasar malam, lengkap dengan wahana pendukung
acara tersebut. Sehingga acara tersebut selalu ramai dikunjungi masyarakat
Brebes selatan pada umumnya. Dalam catatan kecil ini akan dibahas pasar malam
dalam kajian budaya.
Pasar Malam Dalam Peta Sejarah
Pasar malam, tentunya sudah tidak asing lagi di
lingkungan kita, perhelatan yang diadakan di sebuah tempat yang luas dan
terbuka diadakan pada malam hari. Di Bumiayu, sebuah kota kecil diwilayah
selatan Kabupaten Brebes, juga terdapat pasar malam yang rutin diadakan tiap
tahunnya. Gebyar Bumiayu Fair adalah tema besar yang di usung pemerintah
setempat dalam membingkai acara tersebut. Pasar malam hampir setiap daerah ada,
dan mempunyai ciri khas masing-masing. Sebagai contoh di Jakarta ada Pekan Raya
Jakarta (PRJ), Sekaten ada di Jogjakarta, dan masih banyak pasar malam di
berbagai kota di Indonesia.
Dalam peta sejarah, kemunculan pasar malam erat
hubungannya dengan peyebaran agama Islam di pulau Jawa. Menurut sejarah bahwa
kemunculan pasar malam di indikasikan, bermula di kerajaan Demak. Dimana pada
waktu penyebaran agaman Islam di Demak dan tanah Jawa pada umumnya oleh para
Wali Sanga. Wali Sanga dalam menyebarkan Islam di Jawa mengalami kendala,
dikarenakan masyarakatnya masih menganut tradisi nenek monyang yang sangat
kuat. Masyarakat Jawa pada umumnya masih menganut animisme dan dinamisme.
Tradisi yang kuat dan sampai sekarang telah berakulturasi dengan agama Islam.
Sunan Kalijaga yang pada waktu menyebarkan ajaran
Islam, dengan mengemas dakwahnya dengan budaya Jawa, yaitu salah satunya dengan
gamelan. Dan dakwah tersebut dinamakan Sekaten
yang sampai sekarang masih dilestarikan di Jogjakarta dan Surakarta. Dan
acara sekaten merupakan acara yang diadakan pada malam hari, dimana pada waktu
itu Sunan Kalijaga menampilkan gamelan sebagai media dakwah. Dengan adanya gamelan yang bertaluan, maka
masyarakat yang cinta dengan kebudayaan lokal bersemangat untuk datang. Media
dakwah yang dikemas dengan akulturasi budaya Jawa, secara tidak langsung
masyarakat menerima ajaran Islam yang di sampaikan Sunan Kalijaga.
Nah, pada acara Sekaten tersebutlah di indikasikan
munculnya tradisi pasar malam, yang sampai sekarang telah berevolusi
menyesuaikan dengan zaman. Tradisi sekaten di kerajaan Demak diselenggarakan
untuk memperluas dan memperdalam agama Islam. Sekaten mulai di rayakan pada
masa kerajaan Demak mulai berdiri yang dipimpin oleh Raden Patah. Kemudian,
setelah kerajaan Demak runtuh, tradisi ini dikembangkan oleh kerajaan Pajang di
bawah pimpinan Sultan Hadiwijaya. Demikian pula ketika kekuasaan Pajang runtuh,
dilanjutkan oleh kerajaan Mataram Islam. Pada masa Sultan Agung Hanyokrokusumo
(Raja Mataram ke-tiga) ditetapakan bahwa gamelan yang mengiringi sekaten adalah gamelan Kiai Gunturmadu dan Kiai Nagawilaga . Demikian sampai sekarang pun tradisi ini terus
berlanjut, baik di Keraton Kasunanan Surakarta maupun Kasultanan Yogyakarta.
Itulah sekilas sejarah tentang pasar malam yang telah
menjadi budaya hiburan dan budaya populer di lingkungan masyarakat kita. Dua
Budaya yang berbeda yang telah berakulturasi dan menjadi budaya baru yang
diterima masyarakat luas. Sampai sekarang tradisi Sekaten di Jogjakarta masih
tetap lestari, menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Walaupun telah
menyesuaikan dengan zaman, Sekaten tetap menekankan pada pada tiga komponen
yaitu budaya, religi dan ekonomi. Jadi nilai budaya adiluhung tetap
dipertahankan sampai dengan era sekarang.
Bumiayu Fair Pagelaran Budaya atau
Hanya Hiburan
Sebagaimana yang dijelaskan di atas, bahwa kemunculan
pasar malam erat kaitannya dengan budaya dan nilai religius. Tetapi seiring
dengan perkembangan jaman, dan perubahan pola pikir manusia. Maka pasar malam
telah mengalami pergeseran dan menyesuaikan dengan masyarakat dan kondisi
sekitarnya. Nuasansa budaya adiluhung dan religiusitas sudah tidak dominan
dalam suatu perhelatan pasar malam. Tapi tidak semua pasar malam meninggalkan
tradisi dan nilai-nilai lokal. Sekaten merupakan pasar malam yang sampai
sekarang masih tetap bertahan dan melestarikan budaya lokal atau tradisi. Dalam
Sekaten pentas seni pertunjukan di isi dengan pertujukan budaya populer dan
tradisional. Jadi budaya lokal tidak benar-benar hilang, masih tetap bertahan
di pasar malam yang dikemas modern.
lantas apa yang terjadi di pasar malam di Bumiayu,
sebuah kota kecil di wilayah selatan Kabupaten Brebes. Di Bumiayu ada Gebyar
Bumiayu Fair (GBF), yang dilaksanakan tiap tahunnya. GBF berlangsung di lapangan
Asri, dan biasanya dilaksanakan selama dua minggu. Kalau dilihat dari segi
sejarah, kemunculan Bumiayu Fair sekitar awal tahun 2000-an. Entah latar
belakang yang mendasari dilaksanakannya Gebyar Bumiayu, memang perlu di kaji
lebih dalam.
Pasar malam yang bertempat di lapangan Asri ini,
dikemas dengan konsep seperti pasar malam pada umummnya. Yaitu pasar malam yang
memperjualbelikan kebutuhan sandang dan pangan. Di Bumiayu Fair di dominasi
pedagang pakaian, kuliner, alat rumah tangga, dan di samping terdapat stand
dari instansi. Tetapi keberadaan stand dari instansi tersebut tidak terlalu
dominan, masyarakat lebih berorientasi kepada belanja di banding apreasiasi
atau edukasi. Masyarakat Bumiayu lebih antusias mengunjungi stand-stand baju
dan kuliner, stand dari instansi yang menyediakan penyuluhan atau edukasi
jarang mendapat perhatian. Disamping stand penjualan terdapat juga hiburan atau
pertunjukan tiap malamnnya. Hiburan yang ditampilkan cenderung berorientasi
pada nilai komersil dan kesemarakan. Dalam tulisan ini lebih ditekankan pada
pokok bahasan hiburan atau seni pertunjukan yang ada di Bumiayu Fair.
Bentuk pertunjukan yang yang ditampilkan pada tiap
malamya, hanya untuk menekankan pada hiburan belaka. Dalam konteks ini
penyelenggara mungkin masih mempertimbangkan secara kwantitas, berdasarkan
keramaian pengunjung atau penonton. Kwalitas dan keragaman pertunjukan pada
tiap malamnya tidak menjadi pertimbangan penting. kenapa demikian, karena
rangkaian pertunjukan dari setiap even Bumiayu Fair, terkesan monoton dan
membosankan. Hal ini dapat dilihat dari tidak beragammnya jenis pertunjukan
yang ditampilkan di panggung hiburan.
Dapat dilihat pada tiap malamnya panggung hiburan
selalu di isi pertuntukan music dangdut dan band anak muda. Memang tiap malam
beda penampil dan bahkan beda genre musik. Tetapi secara substansial
pertunjukan tetap member tontonan populer yaitu dangdut dan band. Hal inilah
yang membuat pertujukan di panggung gebyar Bumiayu Fair di tiap tahunnya
menjadi monoton. Hendaknya pertunjukan di isi dengan seni-seni yang lain,
pertunjukan tidak hanya pertunjukan music populer.
Salah satu band yang tampil di Gebyar Bumiayu Fair (GBF) |
Jika panitia jeli dan kreatif, tentunya akan mengemas
pertunjukan yang variatif dan menarik. Dalam konteks ini variasi pertunjukan
tidak hanya menampilkan music populer. Seni-seni pertunjukan lokal mungkin
perlu juga ditampilkan.Seni pertunjukan yang ada di Bumiayu dan sekitarnya,
harus ditampilkn dalam perhelatan pasar malam tersebut. Mungkin di wilayah
Bumiayu terdapat seni pertunjukan yang masih murni, atau sudah berakulturasi
dengan budaya luar. Sebut saja misalnya, keroncong, gambus, kasidah, marawis,
genjringan, dagdog kaliwon, calung, atau
jenis tari-tari kreatif bisa ditampilkan.
Seni-seni pertunjukan di atas bisa ditampilkan di even
Bumiayu fair. Selain untuk variasi pertunjukan, selain itu akan memunculkan
eksistensi dari seni tersebut supaya lebih dikenal seluruh lapisan masyarakat.
Lebih tepatnya adalah anak muda, supaya mengenal seni-seni tradisi yang ada di
daerahnya. Ajang Bumiayu Fair merupakan
wadah yang tepat untuk menampilkan seni tradisional tersebut. Dikarenakan
Bumiayu Fair merupakan even untuk masyarakat Bumiayu yang rutin diadakan tiap
tahun dan gratis. Sehingga dengan tampilnya seni tradisi tersebut dapat member
warna baru dan tentunya menghidupkan komunitas seni tersebut. Disamping juga
bertujuan melestarikan jenis seni pertunjukan tersebut supaya bisa tetap eksis.
Peran pemerintah setempat dan panitia hendaknya dapat
lebih kreatif dalam mengolah seni pertunjukan di even Bumiayu Fair. Selain
bertujan melestarikan seni tradisional dan seni religius, disamping itu juga
bertujuan untuk memunculkan keragaman seni yang ada di Bumiayu. Sehingga pentas
seni yang ada di Gebyar Bumiayu Fair, menjadi lebih berwarna dan tidak terkesan
monoton. Disamping itu pertunjukan seni-seni tradisi tersebut, dapat menekan
ananarkisme atau keributan penontonnya. Karena dalam pertunjukn musik band atau
dangdut yang digelar di Bumiayu Fair, sering memancing keributan para
penontonnya.
Berbicara mengenai apresiasi penonton, yang ada di
Bumiayu fair dari tahun ketahun memang selalu ada kejadian anarkis. Terutama
pada pertunjukan dangdut, yang selalu diwarnai keributan di tiap malamnya.
Penyebabnya klise, yaitu terjadi senggolan di antara sesama yang joget. Dalam
pengamatan saya, kejadian anarkis tersebut biasanya dipengaruhi oleh miras yang
dikonsumsi oleh penonton dangdut. Di sisi lain, faktor dari attitude dari tiap person dan juga tren
apresiasi dalam musik dangdut selalu identik dengan keributan. Hal tersebut di
atas menjadi cacatan negative even Bumiayu fair yang di adakan setiap tahunnya.
Dengan hadirnya musik tradisi dan religi bisa
meminimalkan , hal-hal yang berujung negative. Pasar malam yang tidak hanya
mengejar reputasi kwantitas dan kesemarakan belaka. Isi sekaligus bobot dari
sutau even pasar malam menjadi bahan pertimbangan utama. Sehingga nantinya
Bumiayu Fair mempunyai trademark, menjadi
pasar malam yang berbudaya yang tidak hanya mengejar keramaian dan nilai
kapital. Sehingga pertunjukan tersebut juga tidak lepas dari nilai-nilai
kearifan budaya lokal, yang tentunya harus selalu terjaga dan dilestarikan.
Ajang Bumiayu Fair dapat menjadi arena pertunjukan yang ideal, sehingga seni
tradisi yang ada di Bumiayu dan sekitarnya dapat selalu lestari.[]
“Salam Budaya”
No comments:
Post a Comment