SENI KALIGRAFI ISLAM
Seni
kaligrafi dalam dunia seni rupa menjadi bagian yang khusus yang perlu di dalami
dan dipraktikan. Seni kaligrafi mungkin sudah tidak asing lagi dan kita sering
melihat dan juga menyaksikan bentuk-bentuk karya seni kaligrafi Islam. Selain
mempunyai karakter yang khas, untuk mendalami seni kaligrafi Islam tentunya
kita harus tahu secara historis, jenisnya, dan juga alat, bahan yang biasa
dipakai dalam pembuatannya. Kaligrafi Islam adalah salah satu jenis seni
kaligrafi yang paling populer dilingkungan kita. Hal ini dikarenakan agama
Islam mempunyai penganut yang cukup besar di seluruh dunia, baik di belahan
bumi barat maupun timur tak terkecuali di Indonesia. Dan secara tidak langsung
kaligrafi Islam tentunya berasal dari kebudayaan Arab, dimana bangsa Arab
adalah penyebar agama Islam hingga bisa mendunia.
Asal-usul Huruf Arab.
Sebelum
membahas tentang asal huruf Arab sebagai unsur utama penciptaan seni kaligrafi
Islam, kita harus tahu terlebih dahulu etimologis kaligrafi. Kata kaligrafi
berasal dari bahasa Yunani, dari kata kailos
yang mempunyai arti indah dan graphein
yang berati tulisan. Jadi kaligrafi adalah seni menulis indah, yang dapat
dipraktikan dengan bermacam-macam media. Dan kaligrafi dalam bahasa Arab
sendiri disebut dengan istilah Al Khat yang
mempunyai arti garis, tulisan indah. Dan dilingkungan kita istilah kaligrafi
yang sering kita lihat dalam bentuk tulisan Arab. Setelah mengetahui bahwa seni
kaligrafi itu adalah bukan tulisan arab, kaligrafi adalah seni menulis indah
dalam seni rupa. Dan kaligrafi yang populer di lingkungan kita adalah jenis
kaligrafi Arab, di negara lain misalnya seperti Jepang dikenal juga kaligrafi
dengan tulisan Jepangya.
Bangsa Arab
adalah bangsa pengembara yang dalam kesehariannya lebih mengutamakan komunikasi
verbal. Bahasa Arab merupakan jenis bahasa Semit, yaitu jenis bahasa yang lebih
mengutamakan konsonan daripada vokal. Dan bahasa ibu dari bahasa Arab adalah
dari bahasa Aramaic, bahasa yang digunakan oleh bangsa Syria. Oleh karena bangsa
Arab dalam kehidupannya lebih megutamakan olah verbal, maka penggunaan tulisan
dapat dikatakan terlambat. Orang Arab bertumpu seluas-seluasnya pada tradisi
lisan untuk penyebaran berita dan komunikasinya. Penggunaan bahasa pada masa
sebelum Islam sudah menjadi pegangan dan keseharian mereka dalam berkomunikasi.
Tepatnya pada abad ke-6, yang merupakan zaman kesusteraan yang penuh semangat
kepahlawanan bagi bangsa Arab.Puisilah barangkali yang paling akrab dihati
mereka, dan satu-satunya bentuk pengungkapan sastra pada waktu itu. Akan tetapi
bangsa Arab mampu sepenuhnya bertumpu pada tradisi lisan dan mampu mengabadikan
sajak-sajak dalam bentuk verbal dalam memori mereka.
Penggunaan
tulisan di peradaban Arab dapat dikatakan terlambat dengan peradaban-perdaban
lain. Seperti pada peradaban Mesir yang telah mengenal tulisan, bangsa Arab
baru mengenal tulisan setelah ada agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhamad
SAW. Dan pengenalan tulisan pun tidak secara langsung setelah agama Islam
tersebut mulai dianut bangsa Arab. Dapat diketahui secara historis pada awal
abad-7, al-Quran disiarkan pertama kali dikalangan orang Islam tidak melalui
tulisan melainkan dengan tradisi lisan. Walaupun demikian, dapat dikatakan
tertinggal dalam budaya tulis menulis. Tetapi dalam waktu cukup singkat mereka
menghasilkan seni kaligrafi yang amat mengagumkan perkembangannya, yaitu seni
mengalihkan bentuk huruf arab ke dalam medium seni yang mencerminkan dengan
baik kegeniusan bakat seni bangsa Arab yang menakjubkan.
. Inskripsi Nabatea menunjukan asal-usul
tulisan Arab. Atas tulisan pada sebuah nisan pada tahun 250 M, tulisan kedua,
berasal dari makam penyair Imru al-Qays di Namarah pada tahun 328, tulisan ke
tiga, dari daerah Zabad tahun 512 M. dan yang ke empat dari Harran pada tahun
568, terakhir dari inksripsi Umm al-Jima dari abad ke-6.
Sebagaimana
kita tahu bahwa huruf Arab adalah dari huruf Semit menurut abjadnya. Walaupun
dulu terdapat perbedaan dalam menjelaskan, keterkaitan antara huruf Arab dengan
kelompok huruf Semit. Tetapi pada akhirnya para ahli sejarah menyepakati bahwa
huruf Arab Utara, yang kemudian unggul dan menjadi huruf Al-Quran, banyak
berhubungan dan secara langsung dengan huruf Nabatea, yang berasal dari huruf
Aram. Orang Nabatea merupakan bangsa Arab setengah pengembara, menghuni suatu
wilayah yang membentang antara gunung Sinai dan Arabia Utara hingga Suriah
Selatan, dan mendirikan kerjaan yang berpusat di sekitar kota-kota penting
hijr, Petra dan Busyra yang bertahan dari tahun 105 SM sampai dihancurkan oleh bangsa Romawi, kira-kira pada tahun 105
M. Dan orang Nabatea tidak hanya dekat dengan suku-suku Arab yang lain, tetapi
juga melangsungkan hubungan dagang dan kebudayaan. Dengan hubungan dagang
tersebut maka terjadilah transformasi budaya berupa tulisan yang nantinya akan
menjadi huruf Arab.
Sebagai bukti
peninggalan akan keterkaitan antara huruf Nabatea dengan huruf Arab adalah
ditemukannya sebuah peninggalan berupa inskripsi. Yang utama adalah inskripsi
Umum al-jima, berasal dari sekitar tahun 250 M, inskripsi Namarah dari penyair
terkemuka sebelum Islam Imrul al-Qays. Selanjutnya pada tahun 328 M yang
mewakili tahap peralihan yang maju menuju huruf Arab, adalah inskripsi Zabad
tahun 512 M dan inskripsi Harran tahun 568. Kedua inskripsi tersebut memperkuat
bahwa progres dari huruf Nabatea ke huruf Arab sudah mulai terlihat, dalam
artian mendekati bentuk-bentuk huruf Arab secara nyata.
Menurut
sumber-sumber Arab, berbagai bentuk yang berbeda ini menciptakan apa yang
disebut dengan huruf Arab Utara, yang pertama kali dikembangkan di Arab Timur
Daya dan tumbuh pada abad ke 5 dikalangan suku-suku Arab yang mendiami Hirah
dan Anbar. Dari daerah tersebut tulisan Arab kemudian tersebar ke Hejaz di
Arabia Barat, di Mekkah Sendiri tulisan ini dikenalkan oleh Bishri bin Abdul
Malik dibantu oleh Harb bin Ummayah. Namun dalam perkembangannya, Harb bin
Ummayah yang berjasa mempopulerkan penggunaanya di kalangan bangsawan Quraisy,
suku nabi Muhammad. Diantara mereka yang belajar menulis dari Bishri dan Harb,
dan menjadi penulis ahli adalah Ummar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Talhah bin Abdullah , Abu Ubadyah bin al-Jarrah dan Muawiyah bin Abi
Sufyan, yang semuanya ditakdirkan memainkan peran utama dalam perkembangan
Islam awal.
Perkembangan
Awal Kaligrafi Islam.
Perkembangan
awal kaligrafi Islam sejalan dengan diturunkannya wahyu kepada nabi Muhamad.
Keterangan paling awal mengenai huruf Arab dikenal dengan nama Jazm. Ciri huruf Jazm yang kaku dan
bersiku-siku dan perimbangan huruf yang sejajar tidak diragukan lagi
dipengaruhi oleh perkembangan huruf Kufi.
Tulisan Jazm terus berkembang dan perlahan-lahan tumbuh sebagai tulisan bangsa
Arab, sampai dengan lahirnya agama Islam, memperoleh kedudukan sebagai tulisan
suci yang khusus dipilih Tuhan untk menyampaikan wahyu-Nya kepada umat. Menurut
ajaran Islam, Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhamad dalam bahasa Arab,
melalui peranatara malaikat Jibril di gua hira. Dan nabi Muhamad menyampaikan
wahyu tersebut kepada seluruh umat hingga beliau wafat pada tahun 632 M.
Setelah nabi
Muhamad wafat, wahyu tidak turun lagi dan penyebaran kepada orang mukmin
dijalani oleh para Huffaz (orang yang
hafal Al-Quran dan dapat membaca dalam hati). Pada tahun 633 sejumlah Huffaz
terbunuh dalam peperangan yang timbul setelah wafatnya nabi. Dengan tebunuhnya
para Huffaz, kemudian Umar bin Khatab mendesak Khalifah pertama Abu Bakar
supaya mengerjakan penulisan Al-Quran. Juru tulis Nabi, Zayd bin Thabit
diperintahkan menyusun dan mengumpulkan wahyu ke dalam sebuah kitab, yang kemudian
ditetapkan oleh Khalifah ketiga, Usman, pada tahun 651. Penyusunan yang disucikan ini kemudian
disalin ke dalam empat atau lima edisi yang serupa dikirim ke wilayah-wilayah
penting Islam. Dari situlah kemudian salinan Al-Quran dibuat, mula-mula di Mekkah
dan Madinah, yang merupakan ragam tulisan Jazm.
Perkembangan
awal tulisan kaligrafi masing-masing ditandai dengan nama tempat dimana tulisan
itu dikembangkan, seperti Anbari dari
Anbar, Makki dari Mekkah. Tetapi
perbedaan nama tersebut tidak menhembangkan ragam yang berbeda. Dalam
perkembangan selanjutnya membuktikan , bahwa tulisan kaligrafi yang berkembang
di Madinah hanya ada tiga gaya yang hidup dan praktikan. Yaitu gaya Mudawwar (bundar),Muthallath (segi tiga) dan Ti’m
(kembar, yaitu tersusun dari segi tiga dan bundar). Jenis-jenis tulisan awal
ini kemudian melahirkan jenis gaya-gaya baru yang penting, seperti Ma’il (miring), Masq (membesar), Naskh
(ukiran). Selanjutnya gaya-gaya tersebut masih selalu dipakai setelah
memperoleh perbaikan yang menyakinkan, sedangkan gaya ma’il mandeg digantikan
oleh tulisan Kufi yang monumental dan kuno.
Gaya-Gaya Tulisan Kaligrafi Islam.
Gaya tulisan
kaligrafi islam dari masa ke masa terus berkembang, hingga mengalami
perkembangan yang cukup variatif. Perkembangan tulisan kaligrafi mengalami
perubahan dalam pola, bentuk, garis, tebal tipis, dll. Dan kaligrafi semakin
mendapat tempat dimasyrakat, dalam artian tulisan tersebut tidak hanya
diaplikasikan di kitab atau buku. Tulisan kaligrafi Islam telah merambah tempat
ibadah, bangunan, tiang-tiang, perabot seperti keramik, juga karpet. Tulisan
kaligrafi sudah sangat memasyarakat dan mempunyai jenis atau gaya yang cukup banyak.
Gaya-gaya tulisan kaligrafi Islam antara lain :
1. Gaya Mashq.
Tulisan Mashq
mula pertama berkembang di Mekkah pada abad pertama lahirnya Islam (abad ke-7
M), ketika pada waktu itu di kota Kufa berkembang pula jenis tulisan Kufi. Ciri
dari tulisan Mashq adalah bentuk hurufnya yang vertikal rendah dan goresan
horisontalnya melebar/memanjang. Lebarnya rentangan horisontal bermacam-macam
antara garis yang satu dengan yang lain, juga antar kata-katanya, dengan maksud
untuk mencapai keseimbangan kumpulan tulisan yang terpisah-pisah di halaman
buku. Lebarnya rentangan horisontal tergantung pada pertimbangan selera pribadi
penulis. Lebih jauh garis-garis/goresan yang melebar diikuti juga dengan garis
yang kecil, dan lain-lain. Dalam kenyataannya, aturan tulisan Mashq berkembang
sedemikian kompleks sehingga menuntut penjelasan yang sangat terperinci. Dalam
perkambangan selanjutnya aturan-aturan rumit yang berlaku pada awal tulisan
Mashq perlahan-lahan mulai disederhanakan sampai lahirnya tulisan Mashq yang mapan,
menyerupai tulisan Kufi.
2.
Gaya Kufi.
Tulisan Kufi
adalah jenis gaya kaligrafi yang tumbuh dan berkembang di kota Kufah, jenis
tulisan ini mengembangkan dari gaya tulisan terdahulu yang tumbuh di Hirah,
Mekkah dan Madinah. Gaya Kufi mencapai kesempurnaan pada paruh abad kedua abad
ke-8, memperoleh keunggulan yang bertahan lebih dari tiga ratus tahun. Ciri
dari tulisan Kufi adalah bentangan garis vertikalnya yang rendah, garis
horisontalnya memanjang, dan disengaja ditulis pada bidang persegi panjang, dan
lebar bidang melebihi ukuran tingginya. Namun pada permulaan abad ke-9 tulisan
Kufi menjadi tulisan yang banyak mengandung hiasan, dengan rancangan dekoratif
yang cerah, banyak diantaranya untuk penggunaan khusus. Dan jenis Kufi yang
terdapat banyak hiasan disebut dengan Kufi Ornamental.
Pada jenis
Kufi ornamental tidak tunduk pada aturan yang kaku, namum benar-benar
memberikan keleluasaan pada seniman dalam menuangkan gagasan ide dan bentuk hiasannya.
Perkembangan pola bentuk hias yang lebih kompleks dan berlangsung hingga
akhir abad ke-12, sesdudah itu tulisan
tersebut kehilangan fungsi utamanya, yaitu untuk pengungkapan pikiran atau
menyampaikan kenyataan, berubah menjadi dekoratif semata. Sedangkan gaya-gaya
yang paling penting antara lain pola daun, tumbuhan, lipatan, kencingan,
silangan, jalinan dan bianatang, yang huruf-hurufnya mengambil pola bentuk
kepala atau sosok manusia atau berujud bianatang. Dan pada perkembangan
selanjutnya tulisan kufi mengalami perkembangan yang lebih ekstrim, dengan
pola-pola geometris yang rumit dan ruwet, dan nyaris tidak dapat dibaca oleh
orang awam.
3.
Gaya Kufi
Timur.
Tulisan Kufi
timur , adalah salah satu gaya tulisan kaligrafi yang pertama kali dikembangkan oleh orang Persia
pada akhir abad ke-10. Tulisan Kufi Timur memiliki perbedaan dengan tulisan
Kufi, dimana tulisan Kufi Timur memiliki ciri yang khas pada pola garisnya yang
tidak kaku. Ciri yang paling menyolok dari jenis tulisan Kufi Timur ini antara
lain goresan garis keatasnya cukup panjang dan sangat vertikal sedangkan goresan pendeknya condong atau bengkok ke
kiri, sehingga memberikan gerak ke depan yang dinamis. Pengaruh garis yang
bengkok dan fleksibel ini dipengaruhi oleh tulisan Kursif (gaya klasik,lengkung
dan bulat), dan memberikan kesan yang lebih jelas serta lebih halus. Tulisan
Kufi Timur berkemabang menjadi gaya-gaya yang benar-benar anggun, yang terus
digunakan sampai masa belakangan ini sering dipakai sebagai tulisan hias untuk
judul-judul dalam Al-Quran.
4.
Gaya Thuluth.
Gaya tulisan
Thuluth pertama kali dirumuskan pada abad ke-7 pada masa kekalifahan Ummayyah,
namum tidak berkembang sampai abad ke-9. Ciri dari tulisan ini adalah
seimbangnya antara garis lurus dan lengkung pada huruf-hurufnya. Garis vertikal
dan horisontal pada hurufnya seimbang, tidak ada yang panjang dan pendek,
hampir semunya seimbang begitu juga dengan garis lengkungnya. Gaya tulisan
Thuluth biasanya dipergunakan untuk kepala karangan, dan judul buku, dan
tulisan Thuluth jarang dipakai untuk penulisan pada Al-Quran.
5.
Gaya Naskhi.
Gaya Naskhi
salah satu jenis tulisan klasik paling awal, namun baru memperoleh popularitas setelah dirancang kembali oleh
Ibnu Muqlah pada abad ke-10. Tulisan Naskhi mempunyai ciri yang sederhana,
hampir dalam setiap tulisan Naskhi ditulis dengan tangkai pena horisontal
pendek, dan lengkung vertikal di atas dan dibawah garis tengah hampir sama.
Lekukannya penuh dan dalam, garis ke atasnya lurus dan vertikal, antara kata
pada umumnya memiliki jarak yang memadai/seimbang. Pada dasarnya tulisan ini
dahulu dipakai untuk surat-menyurat biasa, khususnya pada permukaan papirus.
Daya tarik utamanya adalah karena bentuk geometris yang mudah dalam
menuliskannya, tanpa susunan yang berbelit. Maka dari itu tulisan Naskhi
menempati tempat yang sempurna dalam penulisan Al-Quran. Sejak ada tulisan
Naskhi, Al-Quran banyak ditulis dengan tulisan jenis ini, hal ini dikarenakan
menarik bagi orang awam dan mudah dipahami dan dibaca.
6.
Gaya
Muhaqqaq.
Tulisan
Muhaqqaq, yang berarti “hasil Ketelitian” dibakukan oleh Ibn Muqlah dan mencapai kesempurnaan di
tangan Ibn Al-Bawwab dan Yaqut. Seperti tulisan Naski tulisan Muhaqqaq menjadi
tulisan yang sangant populer untuk
menyalin Al-Quran. Ciri tulisan ini adalah lengkungannya yang dangkal dan lekuk
garis tengahnya melebar secara horisontal, dan sambungan yang cukup renggang
antar kata serta goresan vertikalnya yang lebar sebagai sifat tegas. Hal ini
membuat tulisan bertahan selama lebih dari empat abad, menjadi tulisan yang
digemari untuk penulisan dibanyak Al-Quran di negeri-negeri Islam Timur.
7.
Gaya Rayhani.
Gaya tulisan
Rayhani pertama kali dikembangkan pada
abad ke-9, dan memiliki ciri-ciri yang serupa dengan tulisan Naskhi, Thuluth,
dan Muhaqqaq. Ciri dari tulisan ini adalah goresan dan lekukan hurufnya
berakhir dengan ujung yang tajam, dan
goresan lekukan hurufnya tidak terlalu masuk ke dalam, ciri lain tulisan
Rayhani adalah bahwa goresan-goresan vertikalnya lurus dan lebar. Tulisan
Rayhani mengembangkan pertalian yang erat dengan tulisan Muhaqqaq, yang
membuatnya dipandang sebagai tulisan bersaudara. Tulisan Rayhani biasanya dalam
penulisannya menggunakan pena yang ujungnya dipotong separuh, hal ini yang
membuat kesamaan dengan tulisan muhaqqaq. Walaupun beberapa sumber mengganggap
penciptaannya oleh Ibn Al-Bawwab, sebenarnya yang menciptakan adalah Ali Ibn
Ubaydah Al-Rayhani, sebagai tempat ia memperoleh namanya. Jadi tullisan
tersebut mengambil nama dari sang penciptanya.
8.
Gaya Tawqi .
Tulisan Tawqi
yang berarti tanda tangan, yang juga dikenal dengan nama Tawaqi, dicipta pada masa khalifah
Ma’mun. Tulisan Tawqi memiliki hubungan erat dengan tulisan Thuluth, walaupun
huruf-hurufnya lebih bulat. Dan gaya tulisan ini memiliki banyak persamaan
dengan tulisan Riqa. Walaupun demikian ciri yang membedakan adalah garis dalam
tulisan Tawqi lebih tebal dari gaya Riqa, lengkungannya bulat, yang memberi
kesan tulisan lebih padat. Dan penggunaan tulisan Tawqi pada waktu itu untuk
menulis peristiwa penting, dan juga untuk menulis nama dan gelar. Sejak akhir
abad ke-15, ragam tulisan Tawqi yang lebih berbobot dikembangkan di Turki.
9.
Gaya Riqa.
Gaya tulisan
Riqa atau disebut juga Ru’qah yang artinya lembaran kecil. Ciri dari gaya Riqa
adalah bentuk-bentuk geometis hurufnya, khususnya lekukan akhir, menyerupai
tulisan Thuluth dalam banyak hal, tetapi lebih kecil dan lengkungannya lebih
bulat. Huruf Alif nya tidak pernah
ditulis dengan ujung tajam. Ciri lainnya adalah bahwa pusat lekukan hurufnya
selalu ke dalam, garis horisontalnya sangat pendek dan sambungannya tersusun
padat, dengan huruf akhir dan kata pendahuluan terhubungkan dengan huruf
pertama dari kata berikutnya. Tulisan ini terutama digunakan untuk
surat-menyurat pribadi dan buku-buku masalah keduniawian yang tidak begitu
penting, yang kesemuanya ditulis pada kertas ukuran sedang. Tulisan ini terus
disederhanakan oleh para ahli kaligrafi sampai benar-benar menjadi tulisan yang
paling populer dan luas dipakai. Dewasa ini tulisan Riqa banyak dipakai sebagai
tulisan tangan yang disukai di seluruh negeri Arab.
10. Gaya Maghribi.
Gaya tulisan
Maghribi pada intinya adalah untuk membedakan tempat dimana tumbuhnya tulisan
tersebut, yaitu wilayah Islam Barat (Maghribi). Pembagian wilayah yang terdiri
dari dua wilayah ini, sebagai bentuk penyederhanaan dunia Islam yang kompleks
dan majemuk, dan kaum muslimin biasa menyebutnya sebagi Dar al-Islam. Sifat kemajemukan ini melahirkan kecenderungan seni yang berbeda, sekaligus
penuh dengan makna dan kesatuan agama dan gabungan tertentu menjadi suatu
khazanah budaya yang kaya dan umum. Dar al-Islam pada umumnya dibagi dua satu
di wilayah timur disebut sebagai Al-Mashriq
dan satu lagi di Barat dikenal sebagai Al-Maghribi.
Dan jenis
tulisan yang berkembang di Maghribi adalah jenis tulisan Kufi, yang telah
mengalami adaptasi dari kebudayaan tersebut. Perkembangan tulisan Kufi Maghribi
mengambil tempat di Kairouan, sekarang Tunisia, sebuah kota yang yang pertama
kali di bangun oleh orang Arab pada tahun 670. Kemudian gaya Maghribi menyebar
ke seluruh Afrika Barat Daya dan Spayol Islam. Ciri tulisan Maghribi adalah
mengalir dengan leluasa dan lengkungannya terbuka dan kembangannya(garis
lengkung pada jenis huruf tertentu) melebar dan menjuntai ke bawah dan garis
bawahnya menyentuh kata(huruf di dekatnya). Garis vertikal dan cuatan kebawahnya
melengkung ke kiri. Hal ini membuat tulisan Maghribi terlihat kwalitas
kejelasannya dan kelembutannya.
Alat
dan Media dalam Seni Kaligrafi.
Pada dasarnya
semua alat dan media yang biasa digunakan dalam seni rupa dapat dipakai untuk
membuat seni kaligrafi Islam. Dunia seni kaligrafi modern atau kontemporer
dapat menggunakan media apa saja untuk penciptaan karya seni kaligrafi, baik
itu media kering atau media basah atau ataupun media yang tidak konvensional.
Tetapi warisan kaligrafi klasik hanya menggunakan alat dan media yang dirasa
sesuai dengan kondisi pada waktu itu. Alat dan media yang lazim digunakan oleh
ahli kaligrafi antara lain :
1. Pena.
Para ahli
kaligrafi klasik lebih mengutamakan penggunaan pena daripada kuas. Hal ini
dirasa karena goresan pena yang dapat langsung membentuk garis tebal tipis
langsung pada bidang gambar. Pena yang lazim digunakan adalah dari jenis pena
perak yang sudah diruncingkan ujungnya supaya dapat menciptakan garis tebal
tipis. Sedang untuk pena tradisional, biasanya ahli kaligrafi menggunakan pena
dari bambu yang dapat diruncingkan ujungnya sesuai dengan selera. Pena bambu(Qalam) dapat diserut atau diruncingkan
ujungnya, kemudian di potong sebagian ujungnya untuk dapat menghasilkan garis
yang tebal tipis.
2. Pisau pemotong
pena.
Pisau ini
digunakan untuk meruncingkan dan memotong pena, dan tentunya digunakan untuk
memotong pena dari bambu. Pada masa sekarang pisau tersebut dapat berupa pisau
cutter.
3. Gunting.
Gunting
merupakan alat bantu dalam merapihkan bahan yang digunakan untuk menulis pada
waktu itu. Dimana tulisan kaligrafi klasik biasanya menggunakan bahan landasan
berupa kulit, papirus dan kertas yang belum dirapihkan. Sebagaimana kita tahu
bahwa kertas pertama kali ditemukan di negri China pada tahun 105 M. Dan gunting
diperlukan untuk kebutuhan yang lebih personal dari si seniman kaligrafi.
4. Sikat.
Sikat dalam
hal ini diperlukan untuk membersihkan permukaan bahan landasan untuk menggambar
dan membersihkan bidang gambar setelah proses penulisan. Dapat juga dipakai untuk
teknik yang lebih personal dari si seniman kaligrafi.
5. Tinta.
Tinta
merupakan media utama yang dipakai oleh para ahli kaligrafi klasik. Media yang
cukup tua dan mudah dalam pembuatannya pada waktu itu. Tinta menjadi media yang
diutamakan kareana sifat fleksibilitasnya dan daya rekatnya yang kuat, serta
dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama. Memang penggunaan pena harus
menggunakan media tinta sebagai pasangannya.
6. Botol tinta.
Botol ini
berfungsi untuk menampung tinta yang akan digunakan dalam penulisan kaligrafi.
Selain botol ada juga sejenis mangkuk yang digunakan untuk mencampur tinta
dengan media lain. Biasanya mangkuk ini terbuat dari bahan perunggu atau perak.
7. Peti tempat
pena.
Peti ini
digunakan untuk menaruh pena dan peralatan lainnya dalam satu tempat. Peti ini
biasanya berbentuk persegi panjang, dan terbuat dari perak atau perunggu .
Tempat pena tradisional ini biasanya diberi ukiran sebagai hiasan.[]