Saturday 10 May 2014

Keindahan Dalam Seni...2014




Keindahan Dalam Seni
Seni pada umumnya memang memilki keindahan, dan memang karya seni harus memilki nilai keindahan untuk membedakan dengan benda yang lain. Benda lain disini, adalah benda atau barang ciptaan manusia yang mempunyai orientasi nilai guna bukan artistiknya. Maka dari itu penciptaan sebuah karya seni memang membutuhkan ketrampilan khusus dan di dukung dengan teknik dan imajinasi. Karya seni tentunya berbeda dengan benda-benda keseharian yang digunakan oleh manusia untuk kepentingan hidup. Walaupun seni juga menunjang dalam kehidupan manusia. Dalam bahasan berikut akan dibahas tentang nilai keindahan dalam sebuah karya seni, dan bagaimana sebarnya substansi keindahan tersebut.
Secara historis ilmu tentang kajian keindahan dikenal dengan istilah estetika. Makna harfiah dari “estetika” adalah “teori tentang ilmu penginderaan”. Kata estetika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu αισθητική, dibaca aisthetike, yang mengandung arti ilmu tentang hal yang dapat dirasakan dengan perasaan. Tetapi dalam perkembangannya kata estetika diberi pengertian yang dapat diterima secara lebih luas ialah “teori tentang keindahan dan seni”. Dahulu estetika dianggap sebagai suatu cabang filsafat, sehingga memiliki arti sebagai sinonim dari “filsafat seni”. Tetapi dalam perkembangannya sejak akhir abad 19, dimana pada waktu itu berkembang gejala atau faham yang lebih menekankan pada sifat-sifat empirisme. Hingga pada abad tersebut munculah filsuf yang pertama mengenalkan estetika sebagai salah satu disiplin ilmu, yaitu Alexander Gottlieb Baumgarten (1735). Baumgarten mengkhususkan penggunaan estetika untuk teori tentang keindahan artistik, karena ia berpendapat seni sebagai pengetahuan perseptif. Oleh karena itu Baumgarten menganggap bahwa estetika adalah sebagai “ilmu pengetahuan tentang seni”.
Nilai suatu keindahan dapat dirasakan oleh setiap manusia, karena nilai indah itu bersifat universal. Setiap manusia mempunyai potensi untuk “merasakan” keindahan, bahkan terhadap keindahan yang sama sekalipun. Berikut ini akan di jelaskan beberapa pendapat tentang substansi dari nilai keindahan. Bagaimana keindahan itu timbul dan dapat dirasakan oleh manusia, Berikut beberapa pendapat mengenai substansi keindahan dalam kajian estetika.
1.      Objektif Rasionalis.
Nilai indah itu ada karena memang objek itu sendiri memang indah. Keindahan itu timbul karena pengaturan yang rapi dan teratur, komposisi yang serasi antara pendek dan tinggi, atau mungkin pengaturan warna-warna, komposisi bentuk pada suatu objek dan pengaturan yang lainnya. Pertimbangan seperti ini menunjukan bahwa substansi indah itu ada pada diri objek itu sendiri, yang sekaligus tangkapan rasio. Dan keindahan ini hanya dirasakan oleh manusia yang mempunyai akal sehat dalam artian yang mempunyai kewarasan.

2.      Subjektif Psikologis.
Teori ini berpendapat bahwa nilai indah itu sebenarnya adalah ungkapan perasaan. Apa yang dilihat hanyalah sebagai penyulut dari pengungkapan perasaan itu. Maka hakikat nilai indah bukanlah pada objek, tetapi pada subjek yang perasaannya terungkap. Hanya orang-orang  yang memilki kehalusan perasaan, yang mempunyai kepekaan terhadap nilai indah.

3.      Subjektif Empiris.
Menyatakan bahwa nilai indah itu merupakan kenikmatan yang diobjektivikasikan. Maksudnya adalah terbuktinya rasa nikmat itu dalam pengalaman. Bagi pendapat ini, kenikmatan yang sebenarnya adalah kenikmatan keindahan yang teralami dalam kehidupan bukan hanya angan-angan.

4.      Subjektif Experience.
Pendapat ini menyatakan bahwa nilai indah itu adalah nilai suatu keberhasilan dari suatu proses pengalaman yang panjang. Maka nilai indah itu tidaklah bersifat tiba-tiba, tetapi ada proses pengalaman sampai akhirnya keberhasilan itu dapat dicapai.

5.      Objektif Metafisik.
Bahwa nilai indah itu terkait dengan pertimbangan-pertimbangan metafisik atau teologis-religius. Atau ada yang mengatakan sebagai estetika spritualis, yang mengajak pada pengakuan akan kebesaran Ilahi.

Itulah beberapa teori yang mencoba mendifinisikan apa sebenarnya nilai keindahan, dan bagaimana keindahan itu muncul. Dan dalam perkembangan pemikiran generasi selanjutnya, tidak menutup kemungkinan muncul pendapat yang baru mengenai keindahan. Tetapi dari beberapa pendapat atau teori di atas, menujukan bahwa betapa keindahan itu merupakan persoalan yang menarik dan tidak sederhana.
Bahasan di atas masih dalam konteks keindahan secara umum, dalam artian keindahan itu ada dalam diri manusia dan di alam semesta. Keindahan belum merambah ke dalam bentuk karya seni, dalam persoalan estetika nilai keindahan terus di teliti dan di gali. Para pemikir dan filsuf terus menggali dan mencoba berpendapat tentang keindahan. Berikut akan dikutip salah satu pemikir, yang berteori tentang nilai keindahan dalam karya seni.
Berikut akan dikutip dari pemikiran Witt H. Parker, dalam sebuah bukunya The Analisys of Art, yang memeras ciri-ciri umum dari bentuk estetik menjadi 6 asas, antara lain :
1.      The Principle of Organic Unity ( Asas kesatuan organis)
Asas ini berarti setiap unsur dalam karya seni adalah perlu bagi nilai karya itu sendiri. Nilai suatu karya sebagai keseluruhan tergantung pada hubungan timbal balik dari unsur-unsurnya yakni setiap unsur memerlukan, menanggapi dan menuntut setiap unsur lainnya. Pada masa lampau asas ini disebut  kesatuan dalam keanekaan (unity in variety). Ini  merupakan  asas induk yang membawakan asas-asas lainnya.

2.      The Principle of Theme (Asas tema).
Dalam setiap karya seni terdapat satu (atau beberapa) ide induk atau peranan yang unggul berupa apa saja (bentuk, warna, pola, irama, tokoh atau makna) yang menjadi titik pemusatan dari nilai keseluruhan karya itu. ini merupakan  kunci bagi penghargaan dan pemahaman orang terhadap karya seni itu.

3.      The Principle of Thematic Variation (Asas variasi menurut tema).
Tema dari sesuatu karya seni harus disempurnakan dan diperbagus dengan terus-menerus mengumandangkannnya. Agar tidak menimbulkan kebosanan, pengungkapan tema harus tetap sama itu perlu dilakukan dalam berbagai variasi.

4.      The Principle of Balance (Asas keseimabangan).
Keseimbangan adalah kesamaan dari unsur-unsur yang berlawanan atau bertentangan. Dalam karya seni, walau unsur-unsurnya tampak bertentangan, tetapi sesungguhnya saling memerlukan karena bersama-sama mereka menciptakan suatu keutuhan. Unsur-unsur yang saling berlawanan itu tidak perlu hal yang sama, karena ini lalu menjadi kesatuan. Dengan kesamaan dari nilai-nilai yang saling bertentangan terdapatlah keseimbangan secara estetis.

5.      The Principle of Evoluiton (Asas Perkembangan).
Dengan asas ini dimaksudkan oleh Parker kesatuan dari proses yang bagian-bagian awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya bersama-sama menciptakan suatu makna yang menyeluruh. Jadi, misalnya dalam sebuah cerita hendaknya terdapat hubungan sebab akibat atau rantai tali temali yang perlu, yang ciri pokoknya berupa pertumbuhan atau perhimpunan dari makna keseluruhan.

6.      The Principle of Hierarchy (Asas Tata Jenjang).
Kalau asas-asas variasi menurut tema, keseimbangan dan perkembangan mendukung asas utama kesatuan organis, maka asas yang terakhir ini merupakan penyusunan khusus dari unsur-unsur dalam asas-asas termaksud. Dalam karya seni yang rumit, terkadang terdapat satu unsur yang memegang kedudukan yang penting. Unsur ini mendukung secara tegas tema yang bersangkutan dan mempunyai kepentingan yang jauh lebih besar ketimbang unsur lainnya.

Demikian 6 (enam) unsur yang menurut Witt H. Parker yang diharapkan menjadi unsur-unsur yang dapat dijadikan suatu logika tentang bentuk estetik. Memang sebuah karya seni harus mempertimbangkan aspek-aspek di atas, sebagai pendukung terciptanya sebuah karya seni yang baik dan sempurna. Dan karya seni yang mengandung unsur-unsur estetika di atas, maka akan mempunyai karakteristik tersendiri dan tentu saja karya seni tersebut indah. Dan lebih jauh James Yoyce dalam bukunya A Potrait of The Artist as a Young Man, mendefinisikan bahwa karya seni pada intinya mempunyai tiga karakteristik dalam wujudnya, yaitu :
1.      Integritas.
2.      Harmoni.
3.      Individuasi.

 Integritas adalah ketunggalan atau kesatuan yang padu dari semua unsur dan bagian-bagiannya, yang masing-masing berfungsi membangun wujudnya. Jadi integritas bukan sekedar kumpulan dari bagian-bagian tanpa hubungan fungsional dalam mewujudkan bentuknya.
Harmoni atau keselarasan adalah  proporsi dan hubungan atau pertalian yang tepat dari bagian-bagian. Sebab dalam karya sebuah karya seni memang ada berbagai macam unsur yang saling mengisi, maka dari itu harus keberaturan.  Karena adanya sifat-sifat yang saling bertenatangan namun harus dapat dicapai suatu keseimbangan dan kestabilan yang dinamis bagi penghayatnya.
              individuasi adalah suatu keunikan tertentu, yang berarti bahwa keindahan cipta seni dan budaya tak dapat dipertukarkan dengan keindahan ciptaan lain. Maksudnya adalah setiap hasil karya seni dan budaya memang mempunyai kesamaan secara universal, tetapi kausal atau muasal bentuk kejadiannya adalah spesifik dan juga unik. Jadi setiap karya seni yang lahir didasari dengan latar belakang yang berbeda, sehingga ketika karya seni itu lebih spesifik dan mempunyai ciri yang khas.
Dari semua bahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keindahan sebagai pengertian yang relatif, relatif berdasarkan subjeknya atau yang melihatnya. Oleh karena keindahan itu relatif, maka sebaiknya meninjau seni tanpa sangkut pautnya dengan keindahan. Karena keindahan itu tidak hanya pada karya seni, keindahan ada pada alam semesta, pada ucapan, moral, dan perbuatan. Hanya saja sifat relatif dalam menyerap dan merasakan nilai keindahan berbeda-beda, hal ini dikarenkan tidak semua manusia mempunyai kadar persepsi yang sama. Kiranya hal ini berhubungan dengan cita rasa yang sebagian besar mungkin merupakan  hasil dari konvensi atas lingkungan kita masing-masing daripada hasil persepsi yang aktual. Mungkin banyak perbedaan dalam meresapi sebuah keindahan, karena memang manusia mempunyai kapasitas yang berbeda. Dan dalam hubungan nya dengan keindahan, perlu ditekankan bahwa Allah itu Maha Indah, dan mencintai Keindahan.[]


No comments:

Post a Comment

Jejak Hindu di Bumiayu

Menelusuri Jejak Hindu di Bumiayu Bumiayu merupakan kota kecamatan yang terletak di selatan Kabupaten Brebes. Bumiayu dalam perkemba...